Gol A Gong itu siapa? Beberapa bulan yang lalu, nama Gol A Gong hilir mudik di Whatsapp grup dan timeline Instagram saya. Beliau menjadi narasumber alias memberikan materi untuk pemenang lomba Gerakan Literasi Nasional 2018 yang diadakan oleh Kedikbud. Beberapa teman-teman penulis yang menjadi pemenang tentu saja menghadiri pertemuan dengan Gol A Gong tersebut. Rasa mupeng pun menghampiri hati ini.
Beberapa minggu kemudian, giliran teman-teman blogger Jabodetabek yang mendapat kesempatan mengikuti workshop selama 3 hari bersama Kemdikbud. Lagi-lagi Gol A Gong menjadi salah satu pengisi acaranya. Spontan saya merapal doa agar saya mendapat kesempatan yang sama, dapat menimba ilmu kepenulisan dari tokoh literasi Indonesia, Gol A Gong.
Alhamdulillah, doa saya terkabul. Tak lama, muncullah pengumuman bahwa acara Sapa Sahabat Keluarga yang kedua akan diadakan di Jogja. Kemendikbud balai mengerti isi hati saya yang mempertanyakan, “giliran Jogja kapan, giliran saya kapan?” Kriteria yang diajukan sesuai dengan diri saya, yaitu ibu dengan anak yang sudah bisa membaca dan menulis. Tanggal acara pun cocok, saya sedang free dari kegiatan lain di tanggal tersebut. Sambil membujuk Kakak Najla agar mau ikutan, saya langsung mendaftarkan diri.
Sebenarnya saya agak ragu membawa Kakak turut serta. Kasian sama adiknya kalau merasa “disisihkan”. Anak ada dua, tapi hanya bisa bawa salah satu. Dalam hati kecil berdoa lagi. Kalau memang acara ini baik untuk perkembangan Bahasa dan literasi Kakak, maka loloskanlah. Tapi jika tidak, maka saya yakin akan ada jalan yang lebih baik.
Siapa sangka, Allah memang sebaik-baiknya pemberi keputusan. Acara Sapa Sahabat Keluarga di Yogyakarta pada akhirnya tidak jadi mengikutsertakan anak, jadi Hanya ibu atau ayah saja. Kalau sebagian teman blogger justru jadi galau, saya sebaliknya. Seolah ini jawaban dari Allah atas kebimbangan saya.
Pembukaan Acara Workshop Sapa Sahabat Keluarga
Workshop yang diadakan oleh Sahabat Keluarga dari Kemdikbud diadakan selama tiga hari. Saya sampai di Hotel Jayakarta pukul 17.00 wib. Saat itu teman sekamar saya belum datang. Jadi setiap ada yang check-in, baru deh diarahkan oleh resepsionis ke kamar yang masih belum ada temannya.
Telepon kamar berdering.
“Selamat sore, Mbak. Nanti ada Mbak Lina yang akan sekamar dengan Mbak ya,” ucap suara seorang perempuan di seberang.
“Oke,” jawab saya.
Lina, nama yang belum saya kenal. Penasaran juga sih, siapa Mbak Lina ini. Ia berasal dari mana? Pernahkah saya mengunjungi blognya? Rasa penasaran terjawab sudah ketika pintu kamar saya diketuk.
Sebelumnya, Mbak Lina sempat nyasar. Ia mencari-cari kamar nomor 403. Padahal kamar kami di 430:D. Untung saya whatsapp. Sambil bersantai, kami pun mengobrol ngalur-ngidul. Saya jadi tahu kesehariannya yang seorang guru PAUD. Saya juga jadi tahu kalau beliau blogger “angkatan lama” alias senior. Sempat aktif di Kompasiana Jogja, kini beliau berdomisili di Cilacap.
Setelah salat magrib, kami ke restoran untuk makan malam, karena pembukaan acara Sapa Sahabat Keluarga akan segera dimulai. Ternyata, pembukaan diadakan berbarengan dengan Workshop Evaluasi Program Pendidikan Keluarga Tahun 2018. Para ketua atau perwakilan Pokja Program Pendidikan Keluarga dari Dinas Pendidikan di hampir 22 daerah di Indonesia hadir di acara tersebut. Mereka nantinya akan berdiskusi, berbagi, dan melaporkan hasil program Pelibatan Keluarga dalam Pendidikan yang telah diterapkan di daerahnya masing-masing.
Bagaimana dengan blogger? Kami digandeng untuk dapat menuliskan “isu” pendidikan apa yang kami lihat di daerah. Kami digandeng untuk turut menyampaikan apa yang dirasakan dan dilihat oleh masyarakat atau orangtua terkait pendidikan keluarga. Semoga saja, para blogger dapat amanah mengemban tugas ini:)
Akhirnya Bertemu Gol A Gong
Tibalah hari yang saya tunggu-tunggu. Pertemuan pertama dengan Gol A Gong. Setelah hanya bisa melihat fotonya dari media sosial teman-teman, pagi itu saya bertatap muka dengan Gol A Gong yang sedang duduk santai menandatangani buku Balada si Roy yang sudah dicetak ulang. Terus terang, saya belum membaca Balada si Roy. Saya justru mengetahui tulisan catatan perjalanan beliau berkeliling Indonesia dan Asia. Lebih lanjut, saya baru mengenalnya dari sepak terjangnya menjadi pembicara, yang memberi pelatihan menulis. Hari itu, saya baru tahu kalau Gol A Gong sudah menulis 125 buku. Wow, jumlah yang luar biasa bukan? Seorang penulis produktif yang memang pantas memberikan pendidikan mengenai literasi.
“Boleh foto enggak?” Tanya beberapa teman blogger.
“Oh, ayuk. Mau di mana?” jawab Gol A Gong.
Tegur sapa yang terjalin antara Gol A Gong dan peserta workshop begitu hangat. Beliau bahkan rela berpindah-pindah tempat foto demi mendapatkan cahaya yang bagus. Ketika para blogger berswafoto, beliau juga bersedia ikut lho. Ramah, dan membumi sekali. Pantas kalau banyak yang mengidolakannya.
Kembali ke workshop. Jadi, saya dan teman-teman blogger akan mendapatkan ilmu mengenai “Menulis Esai” dari Gol A Gong. Dalam artikel kali ini, saya akan membagikan ilmu yang kami dapat untuk pembaca blog ismyama.com. Bukankah ilmu justru akan semakin bermanfaat jika dibagikan dan dipraktikkan banyak orang?
Apakah Esai Itu?
Jenis tulisan itu dibagi menjadi dua, yaitu fakta, dan hiburan. Yang termasuk fakta adalah berita, esai, dan feature. Sedangkan hiburan contohnya puisi, cerpen, dan fiksi lainnya. Nah, esai masuk ke tulisan fakta, karena memang bercerita mengenai apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh penulis.
Ketika menulis berita, penulis tidak boleh memasukkan pendapat pribadinya, maupun pendapat pribadi orang lain. Sedangkan feature adalah tulisan yang lebih banyak menyampaikan opini narasumber. Jadi, siapapun narasumbernya, dapat dituliskan pendapatnya dalam feature.
Lalu esai? Esai didukung dengan data dan fakta, tetapi juga diikuti oleh subjektivitas atau pendapat pribadi penulisnya. Bila seorang jurnalis telah menuliskan berita sesuai fakta yang ada, lalu menuliskan feature dari berbagai sudut pandang narasumber, esai muncul sebagai jalur untuk meluapkan keresahan jurnalis. Persoalan yang masih mengganjal atau menyesakkan dada dapat ditumpahkan melalui esai.
Esai berisi gagasan baru, pendapat pribadi, dan setiap penulis bebas memilih topik serta memberikan solusi. Esai itu mengkritik, tapi juga memberi jalan keluar, tanpa menyakiti.
Yang luar biasa adalah, esai ini ditulis dengan gaya fiksi, bahkan sastra. Wah, jadi seperti menggabungkan antara opini dan fiksi. Wow, tampaknya tidak mudah ya menulis esai. Jangan khawatir, dalam artikel ini, saya akan merangkum materi yang disampaikan oleh Gol A Gong.
Cari Ide Untuk Esai Dimana?
Ide dapat datang dari mana saja. Dari apa yang kita baca, yang kita dengan dan kita lihat di sekeliling kita. Kegelisahan kita, pergolakan hati kita, dapat dituangkan melalui esai. Saat kita melihat “titik hitam” kehidupan, apa yang akan dilakukan? Diam saja, atau mengambil tindakan?
Ide tak harus datang dari tempat yang jauh, keluarga terdekat juga bisa menjadi sumber inspirasi. Dari sekian banyak permasalahan/ ide, pilihlah satu fokus yang paling anda kuasai atau minati. Setelah mendapatkan ide, tulislah dalam format 5W+1 H (What, Why, When, Who, dan How). Gol A Gong menyulapnya menjadi beberapa kolom yaitu, Fakta dan data, pendapat pribadi (hipotesa), dan pembuktian. Saya jadi ingat saat menulis skripsi dan tesis nih:D.
Proses Menulis Esai ala Gol A Gong
Menurut Gol A Gong, ada tiga tahapan proses kreatif menulis esai, yaitu:
-
Persiapan Menulis
Persiapan yang dimaksud tentu saja riset. Saya yang sering menulis artikel saja harus riset, apalagi esai. Para blogger yang mengikuti workshop pun langsung diterjunkan oleh Gol A Gong untuk riset lapangan. Transmart menjadi lahan untuk riset. Survei dan observasi dilakukan ketika riset lapangan. Syukur-syukur bisa mewawancarai narasumber.
Saat ke Transmart, saya sempat mewawancarai seorang penjaga Transmart terkait keberadaan kursi roda untuk pengunjung. Wawancara saya lakukan, karena saya membutuhkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berupa “Apakah harus membayar jika ingin menggunakan kursi roda dari Transmart? Jika iya, berapa biayanya? Apa syarat dan ketentuannya?” Dan sebagainya.
Tak Hanya riset lapangan yang dilakukan, tapi juga riset pustaka yaitu browsing di internet, dan membaca buku/ sumber lain di perpustakaan. Hal ini penting, karena esai harus berisi fakta.
-
Menulis
Tahap berikutnya tentu saja menulis. Meskipun esai hanya beberapa halaman, outline tetap diperlukan. Kerangka bermanfaat agar tulisan tidak melebar kemana-mana. Bila outline sudah jadi, mulailah menulis. Menulis, dan menulis.
-
Revisi
“Tidak ada karya sukses tanpa revisi”.
Pernyataan Gol A Gong ini sangat benar. Artikel saja sebaiknya di endapkan dan di self editing. Berita juga, ada editor yang mengoreksi dan merevisi. Sama halnya dengan esai, butuh waktu untuk diendapkan, lalu dibaca kembali untuk direvisi.
Saatnya Berani Menulis Esai
“Jangan takut menulis esai,” kata Gol A Gong.
Kalau di zaman orde baru bisa saja kita ditangkap saat mengemukakan pendapat. Tapi di era demokrasi ini, semua orang berhak menuliskan opininya. Opini kita dilindungi oleh UUD 1945 pasal 28. Ada yang ingat bunyinya? Meski begitu, kebebasan berpendapat harus diikuti dengan tanggung jawab, yaitu tidak boleh memfitnah. Tidak ada ampun untuk berita HOAX dan fiktif.
Tema esai sebaiknya hal-hal yang sedang ramai diperbincangkan, karena esai adalah ruang untuk mengekspresikan kepedulian kita pada lingkungan/ masyarakat sekitar.
Gol A Gong membuat langkah strategis dalam menulis esai yaitu tentukan tema, tentukan target pembaca, buat judul, pilih POV (Point of View), buat outline, mulailah menulis dengan menggunakan diksi fiksi, pakai gaya bahasa “creative writing”, dan terakhir revisi.
Judul merupakan elemen penting dalam esai. Gol A Gong menyarankan judul tidak lebih dari empat kata. Pilihlah judul menarik yang tidak menggambarkan isi tulisan. Judul harus mengundang tanya. Semakin imajinatif, semakin bagus, karena pembaca akan penasaran hanya dengan melihat judul.
Penulis esai yaitu Emha Ainun Nadjib biasa membuat judul yang simbolik dan mengundang tanya, seperti “Nabi Membakar Masjid, Harga Diri Ayam, Burung Pilkada”. Sedangkan Goenawan Mohammad bahkan membuat judul hanya dengan satu kata saja, misalnya “Skandal, Nostalgia, Hakim”, dan sebagainya. Benar juga sih, judul-judul di atas menarik sehingga saya ingin membaca tulisannya.
Untuk POV, Gol A Gong menyarankan agar menggunakan “aku” atau tokoh rekaan sehingga tidak terkesan menggurui. Ketika kita menuliskan fenomena di masyarakat dengan menyertakan pendapat pribadi, sebaiknya memang menggunakan POV orang pertama.
Saat workshop, kami mempraktikkan menulis esai sesuai dengan tema yang sedang menjadi beban pikiran. Ada tujuh orang yang maju ke depan untuk membacakan tulisannya, kemudian Gol A Gong memberikan masukan. Saya jadi lebih paham, tulisan mana yang masih berupa personal literasi, dan mana yang sudah dalam bentuk esai.
Sungguh pengalaman yang luar biasa dilatih langsung oleh Gol A Gong. Saya dan teman-teman blogger sangat beruntung bisa mengikuti workshop ini. Inilah secuil kisah hari kedua kami di acara Sapa Sahabat Keluarga.
Anyway, kami tiba-tiba mendapat kejutan dari panitia, yaitu jalan-jalan ke Tebing Breksi. Yeay! Ada apa ya di sana? Kisah selanjutnya akan saya sambung ditulisan berikutnya ya. Selain menikmati keindahan Breksi, para blogger mendapat ilmu pembuatan film lho. Seru banget, kan?
Mantep acarane, syarat dengan ilmu dan persahabatan…
#myroommate peluuuk. Ahhh saya bukan blogger senior, jadi malu. Pernah join tapi lama vakum. Ini lengkap banget bu dosen ceritanya, asyik bacanya.
eh aku nyimpen ya yang data-data ttg essay ini hehehehe
Seru banget ikut workshop 3 hari, mupengnya pindah ke saya nih, wkwkwkw.
Mbak aku tuuu tau nama Gol A Gong setelah baca ini lhooo, wuaaa kudetnyaa aku
Syukur ya mbak, jadinya malah terbebas dari galau karena kudu bawa anak 1 aja. Kalo aku nggak galau, cuma kasian aja liat anakku kecewa krn nggak jadi ikut 😀
Seneng banget ya bisa dapat kesempatan ini. Kumasih belum bisa move on haha..
Beberapa waktu lalu sempat tahu aku mbak acara ini di Instagram, ingin ikut tapi bingung. Itu acara khusus untuk blogger umum atau yang sudah punya anak. Secara dari judulnya sahabat keluarga dan kalau tak lihat foto2nya memang rata2 emak2 blogger.
Oh, mbak Lina itu tinggal di Cilacap yo. Tak kira ning Kebumen. Maklum, baru sekali ketemu.
Baru sekali ini bisa intens gawe bareng emak² bloger Jogja n Solo raya. Ternyata rame yo.
Dinamis maksute. Kepo tingkat tinggi. Hahaha…
Tapi ilmu2 yg didapat cukup mencerahkan. Tinggal implementasi di lapangan saja.
Salam
@nuzululpunya
Seneng banget bisa ketemu dan belajar dari penulis senior kek Gol A Gong.
Ngga usah ikutan baca balada si roy di.. nanti ikutan jatuh cinta sama si roy lho hahahah
wkkka iyakah? dia playboy ga?
Bener juga sih kalo judulnya simple malah bikin penasaran, apalagi kalo ada unsur imajinatifnya jadi suka nebak-nebak sendiri endingnya gimana. Padahal mah suka salah tebak ?
waahh makasih ilmunya ya Di. Membacanya serasa nemenin Dian ke acara kmrn. Salam esai mas Gol A Gong.
Wah asik banget ya mbak dapat ilmu baru dari tokoh hebat. Sangat menginspirasi ?
Waaahhhh ngiri banget ih bisa dapet ilmu2 nulis esai yang insightful dari beliau. Setelah ini dibagiin ilmunya ke temen2 yg lain juga yah mbak ?
Pas kuliah dulu aku sering banget bikin essay, sekarang mah jaraangg banget…
Senangnya bisa foto bareng sang idola yg tersohor Kang Gol A . Gong
Gol A Gong (dulu sih Gola Gong) adalah nama yang tidak asing buat saya.. Asyiknyaaa bisa belajar langsung dari blio :).. *ngiri dot com