Momen Terbaik di 2018, Merayakan Hari Jadi Pernikahan di Gunung Batur

Facebooktwitterredditmail
“When everything feels like an uphill struggle, just think of the view from the top.” – Anonim –

Pada suatu malam, aku dan suamiku menangis bersama. Hidungku memerah, dan air tergenang di matanya. Kebekuan di antara kami sirna sudah. Dulu, diamnya dia bukan diam biasa. Melainkan diam karena menyimpan rasa kecewa. Sedangkan marahku sudah menggunung. Kekesalan yang bisa meledak kapan saja.

Hari itu, setelah berkonsultasi dengan konselor dan praktisi pernikahan, jurang diantara kami berkurang. Komunikasi yang sebelumnya macet, terkalahkan oleh keinginan untuk sama-sama menyelamatkan rumah tangga. Bismillah, malam itu menjadi awal baru bagi kami.

2017 menjadi tahun yang penuh perjuangan untukku. Di satu sisi, aku diwisuda setelah berhasil menyelesaikan paska sarjana. Tapi di sisi lain, ada sebuah peristiwa menyedihkan di rumah tangga. Bersyukur, kami bisa melewatinya.

Awal tahun 2018, menjadi permulaan baik dalam hubunganku dan suami sebagai pasangan. Terus terang, kami belum pernah honeymoon kemana gitu. Seminggu sehabis nikah, aku langsung diboyong ke Jakarta. Beberapa hari kemudian, aku langsung masuk kerja di tempat baru. Siapa sangka setelah resign dari pekerjaan lama, aku justru mendapatkan pekerjaan baru di ibukota.

Aku dan suami berencana beberapa kali untuk honeymoon, tapi selalu tertunda. Entah karena sedang hamil, habis melahirkan, sampai karena anak-anak masih terlalu kecil. Kami liburan justru bersama anak-anak. Asyik sih, tapi pingin juga sesekali pacaran berdua.

Akhirnya kesempatan itu datang. Seiring dengan membaiknya hubungan kami, aku menjadi lebih mudah untuk meminta sesuatu yang berkaitan dengan kemesraan, hihihi. Setelah sekian lama, suami mau diajak traveling berdua saja, tanpa anak-anak. Yeay!

Tak tanggung-tanggung, Bali menjadi pilihan saya dan suami. Setelah berdiskusi, kami memutuskan memilih Ubud sebagai tempat yang akan dituju. Suami bahkan membuat itenerary detail tempat mana saja yang akan kami datangi selama di Ubud.

Merayakan Hari Jadi Pernikahan di Gunung Batur

Salah satu agenda yang dibuat oleh suami adalah naik Gunung Batur. Aku tadinya antuasias banget. Secara naik gunung adalah impian sejak SMA, tapi enggak pernah kesampaian karena enggak dapat izin orangtua.

Giliran sudah jadi istri orang, malah diajakin naik gunung sama suami sendiri. What a life! Padahal Pak Suami bukan pendaki gunung, bukan pula anak MAPALA. Dia dulunya anak akselerasi yang tiap hari belajar melulu. Beda sama aku yang tiap hari main dan nongkrong ke rumah teman:D.

Saya dan suami memilih naik gunung dengan mengikuti trip yang didaftarkan secara online. Agak mahal sih, tapi dijemput ke hotel. Maklum saja, lokasi pendakian Gunung Batur dari hotel lumayan jauh, dan dini hari tentu enggak ada angkutan umum ke sana.

Dalam perjalanan menuju tempat pendakian di daerah Kintamani, kami sempat ngemil di sebuah warung. Lumayan lah, pisang goreng dan teh hangat mengisi perut.

Sebagian besar rombongan yang ikut adalah turis mancanegara. Aku jarang melihat orang Indonesia. Mungkin kalau orang lokal enggak pakai jasa trip kayak kami. Sementara wisatawan asing tentu lebih memilih yang  bisa diantar jemput.

Tak sampai 15 menit, kami sudah kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan. Setengah jam kemudian, mobil berhenti di sebuah parkiran nan luas. Kami turun dan diminta berjalan kaki. Ternyata harus treking dulu bo. Aku kira jalanan terjal dan sudah dekat ke gunung. Tapi malah aspal mulus yang terhampar di hadapan. Jalanan ini masih bisa dilewati oleh motor. Ya Allah tahu gitu mending motoran lah. Bule-bule mah strong banget, karena mereka hobi hiking di tanjakan. Lha aku? Terkuras sudah tenaga yang disimpan buat naik gunung :(.

Staminaku itu enggak panjang, eh sudah dipakai duluan di jalan beraspal. Menjelang subuh, mulai banyak warga lokal yang motoran ke arah atas. Sebagian membuka jasa ojek. Karena kaki dan napas sudah enggak kuat, aku naik ke ojek. Untung suami mengizinkan. Bodo amat lah dengan pandangan para turis asing. Memang kenyataannya enggak kuat, haha.

Pas motoran sama sekali enggak kerasa, tiba-tiba saja sudah di depan gerbang jalur pendakian Gunung Batur. Nah, mulai dari gapura yang terlihat seperti pura inilah jalannya benar-benar tidak dapat dilalui oleh kendaraan bermotor. Mau enggak mau, aku harus jalan kaki.

Jalur treking sebenarnya tidak terlalu terjal. Penuh batuan sih, tapi jalannya enggak licin sehingga aku enggak terlalu was-was. Mungkin juga karena langit masih gelap, sehingga ketika melihat ke bawah, nyaris enggak kelihatan apapun, termasuk berapa tingginya posisi kami.

Naik ke Gunung Batur merupakan momen liburan tak terlupakan. Aku nyaris menyerah karena kaki kram sewaktu nanjak.

Kurang lebih satu jam, akhirnya kami sampai juga ke Gunung Batur. Kalau bukan karena bantuan Bli Wayan, guide yang memandu rombongan, mungkin aku akan nggak akan sampai ke atas. Itupun pendaki mancanegaranya terpaksa duluan, meninggalkan kami. Ya iyalah secara aku jalannya slow, pakai berhenti mulu pula. Pak Suami dengan sabarnya menungguku. Ia menyerahkan tangannya untuk ku cengkeram. Ia bersedia jalan melambat dan ikut berhenti ketika aku berhenti. So sweet banget lah.

pemandangan gunung batur
Pemandangan dari gardu pandang. Foto dokumen pribadi menggunakan kamera dari Huawei Pak Suami

Percaya kan kalau aku berhasil mencapai Gunung Batur? Lihat deh foto ini. Foto yang diambil dengan kamera smartphone Pak Suami. Aku memang sengaja enggak bawa kamera saat nanjak. Tahu sendiri lah bagaimana sulitnya mendaki bila membawa ransel yang berat. Aku hanya bawa tas kecil saja sudah berasa repot, karena letak tasnya di samping badan. Cocoknya memang bawa ransel.

Momen Terbaik di Tahun 2018

gunung batur
Wefie supaya momennya dapat. Foto diambil dengan kamera dari Huawei Pak Suami

Foto ini adalah momen terbaikku di tahun 2018. Wefie di atas Gunung Batur, berlatar Gunung Agung dan Danau Batur. Pemandangannya memang indah sekali, sampai aku speechless. Kalau enggak mencoba naik gunung, aku cuma bisa lihat pemandangan seindah ini dari foto dan video orang lain, bukan dari mata kepala sendiri. Thanks to Pak Suami yang berhasil meyakinkanku buat nanjak.

Mengapa aku sangat suka foto wefie ini? Bukan hanya karena foto tersebut menunjukkan pertama kalinya aku naik gunung, tapi juga karena merupakan titik balik dalam hubunganku dengan suami. Pertama kalinya kami honeymoon berdua saja. Pertama kalinya kami bisa mengobrol tanpa dinding pembatas. Pertama kalinya aku jatuh cinta lagi setelah perasan hambar meraja di tahun-tahun sebelumnya.

batur 1717 mdpl
Merayakan Hari Jadi Pernikahan Ke-7 dengan menaiki Gunung setingi 1717 mdpl:D

Selain itu, bulan Januari kala aku dan suami ke Bali, adalah bulan pernikahan kami. Tepatnya tanggal 23 Januari 2011 kami menikah. Kami mendaki Gunung Batur tanggal 21 Januari, anggap saja sekaligus merayakan hari jadi pernikahan ke-7:)

Subuh itu di atas Gunung Batur, aku dan suami makan mi rebus sepiring berdua, dan minum cokelat hangat segelas berdua. Ditemani kabut tipis dari balik awan di Gunung Batur. Mentari yang muncul malu-malu seolah menggambarkan cinta kami yang seperti baru lagi:)

Aku sampai membuat sebuah postingan di IG untuk mengenang momen tersebut. Caption -nya bisa di baca di bawah ini:

-ROMANTIS VERSIMU-

Hari duatiga, 2.555 hari lalu bukan Selasa, tapi Sabtu. Janjimu menggetarkan Arsy, dengan malaikat sebagai saksi.
Romantis versimu:
?Datang dengan bapak dan kakak laki-lakimu untuk melamar, tanpa sepengetahuanku.
?Mencari buah tengah malam demi menuruti ngidamku.
?Menggenggam tanganku kala berjuang melahirkan anak-anak kita ke dunia, bahkan rela kucakar-cakar.
?Menyuapi putri-putri kita, dan bermain bersama mereka.
?Merawatku kala sakit.
?Membangunkan untuk salat Subuh saat aku tertidur lelap.
?Mengoles kakiku dengan krim antinyeri lalu memijatnya, gara-gara aku enggak olahraga sebelum naik gunung tempo hari.
?Naik pesawat lebih pagi, agar sudah ada kamu saat aku sampai, dan naik pesawat lebih malam, agar bisa menemani sampai pesawatku boarding.
?Mau minta maaf saat salah, atau saat aku marah.
?Meridaiku berkarya dengan caraku meski telah menjadi ibu (walaupun belum direstui kerja fulltime, haha, katamu, “anak-anak nanti gimana?”)

Romantis versimu bukan dengan lontaran kata-kata puitis yang membius. Bukan pula kiriman mawar merah dan cokelat. Apalagi nyanyian lagu cinta beriring gitar (karena kamu nggak bisa main musik??). Romantis versimu adalah berpindahnya tanggungan dosa dan amalanku dari ayahku ke dirimu.

23 Januari 2011- 23 Januari 2018, dan seterusnya. Terima kasih karena telah memilihku menjadi pendampingmu, @juanfitrianto (meski kamu udah nggak ingat pasword akun IGmu?) Semoga kita senantiasa bersyukur atas apa yang didapat selama ini, dan bisa membangun keluarga bahagia versi kita, yang nyamannya seperti surga. Aamiin

Anyway, pas sampai penginapan, baru ketahuan kuku kakiku emar, dan selama dua hari kakiku enggak bisa diangkat? but i never regret it. Kaki yang pegal setengah mati menandakan perjalanan rumah tanggaku dan suami yang tidak mudah. Sama seperti pendakian Gunung Batur. Tapi ketika sudah sampai di puncak, semuanya terbayar lunas.

efek bokeh huawei
Kelihatan, kan, efek bokehnya?

Ngomong-ngomong soal foto yang ciamik, untung Pak Suami punya smartphone yang hasil kameranya super keren. Bisa bokeh gitu background nya. Enggak kalah dari kamera mirorless dan DSLR. Makanya aku pingin banget punya smartphone dengan merek yang sama, karena aku sudah tahu gimana kualitas Huawei ini.

Smartphone Impian

Kalau ditanya seperti apa smartphone impianku di tahun 2018? Tentu aku bakal jawab yang punya banyak keunggulan kayak smartphone nya suamiku.

Apa saja keunggulan yang kumaksud?
1️⃣ Desain yang Keren
2️⃣ Kameranya canggih karena mempunyai teknologi AI
3️⃣ Storagenya besar
4️⃣ Kemampuan gamingnya super

Setelah browsing dan nanya-nanya sama Pak Suami, akhirnya aku menemukan smartphone yang mempunyai 4 keunggulan tersebut.

O…o siapa dia? Dialah Huawei Nova 3i.

Aku coba rangkumkan ya performa apa saja yang bikin aku memimpikannya.

1. Desain yang Keren

Huawei Nova 3i sudah cakep dari sananya. Jadi kalau dia harus masuk ke dalam fotoku, auranya terpancar tanpa perlu editing lagi.

huawei nova 3i black
Huawei Nova 3i Black. Foto dari @huaweimobileid
huawei nova 3i iris purple
Huawei Nova 3i Iris Purple yang kece abis. Foto dari @huaweimobileid

Aku terpukau ketika tahu bahwa Huawei Nova 3i memiliki tiga model warna yaitu Black, Iris Purple dan Camaro. Corak warna di kaca belakangnya begitu indah, dan bingkai metal di bagian tengahnya menambah kecantikan smartphone ini. Layarnya cukup besar yaitu 6,3 inch FHD+ (2340 x 1080) sehingga pandanganku bisa luas saat memotret, maupun ketika harus menulis di smartphone.

Dibawa traveling juga pas di kantong. Bisa dipastikan smartphone kayak gini bikin hatiku luluh sehingga akan selalu kubawa kemanapun aku pergi.

2. Memiliki Kamera yang Diperkuat AI (Artificial Intelegens)

Seperti yang aku ceritakan di awal, hasil foto pas di Gunung Batur itu top abis! Bisa ada efek bokehnya gitu. Selain itu, hasil fotonya juga jernih banget. Sejernih cintaku untuk suamiku, ahay!

Siapa sih yang enggak pingin punya kamera smartphone yang diperkuat dengan AI? Teknologi AI itu membuat hasil foto langsung cakep tanpa harus ribet menyeting.

kamera huawei nova 3i
Smartphone dengan 4 kamera AI. Foto dari @huaweimobileid

Nah, Huawei Nova 3i punya 4 kamera berteknologi AI, yaitu 24 MP + 2 MP di bagian depan dan 16 MP + 2 MP di belakang. Dua kamera depannya bakal bikin foto selfi -ku terlihat alami dan menarik. Sedangkan dua kamera belakangnya akan menciptakan efek bokeh profesional dan alami.

Algoritma AI juga mampu mengingat 22 kategori dari 500+ momen sehingga momen momen indah dapat terekam dengan sempurna.

Aku juga memimpikan smartphone yang dapat mengatur foto berdasarkan tanggal, tempat, orang, dan bahkan objek dalam foto. Nah, teknologi AI bisa melakukannya sehinggga mempermudahku saat mencari foto.

Selain itu, AI membuat hasil foto tetap terang dan detail di cahaya minim sekalipun.

Smartphone dengan fitur kamera secanggih itu adalah impian para traveler. Instagram husband juga bakal dapat sun sayang terus karena tiap motret hasilnya pasti bagus, haha.

3. Storage 128 GB Paling Besar di Kelas Smartphone Mid-End Saat Ini

Terus terang persoalan di smartphone ku sekarang adalah storage yang full. Maklum, foto-foto dan video buat konten buanyak banget. Apalagi khusus untuk Instagram, kalau sedang jalan-jalan ke objek wisata tertentu, aku sengaja nyetok foto. Enggak langsung dikeluarkan semua, tapi satu-satu posting ke Instagram nya. Biar terlihat jalan-jalan terus lah:D.

Smartphone yang kupunya saat ini storage -nya 32 GB dan sering muncul notifikasi “Belilah ruang, atau bebaskan ruang”:(.

storage huawei nova 3i
Storage Huawei Nova 3i besar bangets. Foto dari @huaweimobileid

Huawei Nova 3i ternyata mempunyai kapasitas penyimpanan sebesar 128 GB. Gila ya hampir 4x lipatnya smartphone -ku sekarang. Duh, Huawei Nova 3i jadi makin kuimpikan.

4. Diperkuat dengan GPU Turbo untuk kemampuan gaming

GPU Turbo Huawei Nova 3i
Ngegame makin tampak nyata. Foto dari @huaweimobileid

Terus terang, aku enggak terlalu suka ngegame, tapi salah satu fitur andalan Huawei Nova 3i adalah Teknologi GBU Turbo. Apaan tuh? Ternyata Huawei Nova 3i responnya amat cepat. Tak hanya itu, transisi antara 4G dengan WiFi juga sangat mulus. Bahkan ada mode uninterrupted gaming yang berfungsi menyembunyikan semua notifikasi saat penggunanya sedang ngame. Wow, mantap kan?

Agak gawat sih sebenarnya kalau suami sampai nge-game pakai Huawei Nova 3i bisa-bisa WhatsApp messenger dan teleponku dicuekin:D

Yang paling keren adalah kualitas gambar saat bermain game begitu detail dan nyata. GPU Turbo pada Huawei Nova 3i akan membuat pengalaman bermain game lebih sempurna tanpa ngelag.

5. Fitur 3D Qmojinya Lucu

Fitur HUAWEI nova 3i dengan AI 3D untuk Qmoji dapat mempelajari dan menganimasikan ekspresi wajah, gerakan, dan suara untuk menghasilkan Qmoji dengan format GIF atau video yang dipersonalisasi di layar. Wah, kebayang nih aku yang LDR bisa mengirim pesan ke suami disertai Qmoji lucu dan ekspresif.

Huawei Nova 3i ini memang serba bisa dan fiturnya impian banget buat blogger yang suka jalan-jalan kayak aku. Saking cakepnya, kalau dia perempuan dan aku laki-laki, bakal langsung aku lamar deh buat jadi pendamping:)

Gunung Agung dan Danau Batur
Momen before sunrise yang dipotret Pak Suami dengan Huaweinya.
dari atas Gunung Batur
Momen after sunrise yang dipotret Pak Suami

Momen terbaikku di 2018 bisa saja terlewatkan kalau Pak Suami saat itu enggak membawa smartphone yang kameranya oke. Keindahan pemandangan di belakang kami yang berganti dengan cepat (dini hari ke sunrise, lalu pagi tanpa kabut, dan tiba-tiba berkabut) tak akan menjadi foto wefie yang menakjubkan bila kala itu Pak Suami enggak membawa smartphone yang kameranya enggak kalah dari mirorless.

Aku juga ingin punya smartphone dengan merek yang sama dengan smartphone suamiku. Supaya enggak perlu menunggu ia ke Jogja dulu kalau mau motret liputan acara blogger, atau ketika aku mau motret terkait pekerjaan.

Momen-momen penting tentang anak-anak juga akan terdokumentasi dengan lebih baik, karena aku enggak harus mengeluarkan mirorless ku terlebih dahulu ketika ada kejadian lucu seputar anak. Hasil fotonya pasti lebih bagus sehingga shareable ke suami yang saat ini LDR di Jakarta.

kamera traveler
Desainnya cakep dan fiturnya canggih, cocok untukku. Foto dari @huaweimobileid

Semoga aku bisa punya Huawei Nova 3i. Aamiinkan impianku ya.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam giveaway blognya Jiwo”

(Visited 379 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

81 thoughts on “Momen Terbaik di 2018, Merayakan Hari Jadi Pernikahan di Gunung Batur

  1. Jiah Reply

    Aku ada keinginan bisa naik gunung bareng pasangan. Kayanya seruuu. Yg namanya nikah emang ada naik turunnya. Dan jangan lupa nyempetin waktu buat berdua aja

    • dian.ismyama Post authorReply

      Hihi pernikahan memang berliku, persis Familiar Wife lah. Nah lho. Aamiin semoga kesampaian ya naik gunung bersama pasangan

  2. lendyagasshi Reply

    Waah…caption IG nya bikin terharu skaligus tersapu malu…eh, tersipu…
    Hahha…jodoh itu memang bukan yang sempurna untuk kita yaa…
    Tapi yang menyempurnakan.

    Karena dia-lah, kita jadi saling menutupi, melindungi dan berbagi kasih.

    Barakallahu fiikum, mba…
    Semoga langgeng, awet, till jannah.
    Aamiin…

  3. Tukang Jalan Jajan Reply

    momennya indah banget ya. liburan ke gunung. menikmati berdua semua momen bahagia kebelakang. semoga makin banyak cinta dan semakin kuat ikatan cintanya. bahagia memang bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, Sukses ya mbak buat lombanya

  4. Zefy Reply

    Romatis itu punya gaya masing-masing ya mbak 🙂
    mantablah kalau punya pasangan sama-sama hobi jalan, ke gunung pula

  5. Diah Kusumastuti Reply

    Romantisnya suami mbak Dian mirip sama suamiku. Hehe. Romantisnya lewat perbuatan, bantuin istri, sayangin istri, ya gitu2 deh.
    Btw bagus-bagus banget ya Mbak hasil fotonya dengan Huawei Nova 3i ?

  6. Hellofika Reply

    Ehem.. memang honeymoon ulang itu adalah pemanis hubungan.. jangan lupa tiap momennya diabadikan..pas lah mbak.. Huawei yg ini pas bgt u capture moment menyenangkan

  7. Rani Yulianty Reply

    Alhadulillah ya mba DIan bisa melewati masa sulit rumah tangga dan berhanimun, sama, saya pun belum hanimun lagi, soalnya sekarang anak-anak maish kecil-kecil pasti ngintilin terus, pengen sih sama suami sesekali jalan berdua

  8. Inda Chakim Reply

    Ciye ciye romantis bangetttt mbk. Aku jd terinspirasi pgn honeymoon-an lageee *hahay. Btw aku salfok dm storagenya huawei nova 3i, gede ya mbk.

  9. Diah Reply

    Saya juga belum pernah honeymoon Mbak. Lah PakSu nya bukan tipe orang yg doyan diajak traveling, huhuhuh. Padahal istrinya udah mupeng akut.
    HP nya emang kece banget yaah Mbak, moga berjodoh dgn HPnya Mbak 🙂

  10. HeNee Reply

    Romantis abiiiissss, senangnya bisa duaan di gunung. BTW semoga berhasil dengan Huaweinya yah mba. Good luck!

  11. Zilqiah Angraini Reply

    saamaan type romantisnya mbak sama suamiku
    dulu juga dia datang melamar langsung tanpa aku tau
    padahal juga waktu itu belum kenal dan dgn pedenya melamar hahahah
    tapi aku justru sebaliknya nih sama mbak ismy
    aku ga suka hiking atau traveling gini hahaha sukanya ke tempat romance dinner hahah
    tp apapun itu smoga sakinah bersama selalu ya mbak dan suami

  12. emanuella aka nyonyamalas Reply

    Romantisanyaaaa berdua naik gunung…. Hihihi, suamiku juga ngajak naik gunung sama temen-temen kuliahnya, tapi apa daya istrinya manis manjaahh, kaga bakalan kuat trekiiing hihihi

  13. Rosanna Simanjuntak Reply

    Setuju, mba Is.
    Menurut ahli perkawinan, memang adakalanya kita perlu waktu hanya “berdua”, tanpa gadget, tanpa anak, hanya berdua.
    Biar lebih greget!
    😀
    Gimana, terbuktikan, lebih greget, mba…

  14. Rach Alida Bahaweres Reply

    Hp Huwaie ini memang andalah banget deh. Apalagi kan storage yang dimiliki Huwaei ini gede banget. Jadi nggak perlu hapus foto foto lama untuk menyimpan foto baru. KArena semua lengkap ada

  15. Rahmah Reply

    Barakallah
    Semoga langgeng sampai maut memisahkan.
    Bicara soal Gunung Batur, saya hanya tahu lewat cerita rakyat.

  16. Silviana Reply

    Ah turut senang membaca ceritanya, semoga dengan ini makin sering travelling ya mbaa. Makin romantis dan bahagia

  17. Juli Reply

    Ahh, jatuh cinta lagiiii setelah sekian lama rasa hambar meraja. Semoga nanti jatuh cinta lagi berkali-kali pada orang yang sama ya mbak…. :*

  18. Lidya Reply

    Kalau sekarang orangtua gak bisa melarang lagi naik gunung ya, kan udah ada yang jagain, orang special 🙂 Semoga rukun selalu yaaa

  19. Uniek Kaswarganti Reply

    Pada satu titik, memang ada kalanya suami dan istri pergi berdua. Dengan piknik tipis2 ataupun pergi kemana berdua saja, rasanya trus balik kayak jaman pacaran dulu, bawaannya seneng melulu :)) Tepat sekali keputusanmu dan suami untuk pergi berdua mba. Apalagi ke Gunung Batur, iiihh…envy deh. Kami berdua yang mantan anak mapala aja udah ga pernah naik gunung lagi.

  20. Nunung Nurlaela Reply

    Duuuh jadi ingat pertama bulan madu naik bukit plawangan, haha. Ngos2an sampe ke puncak juga. Alhamdulilah berkesan. Seneng, meski habis itu capeknya gak ilang 2 hari hehe. Barakallah lakuma. Samara selalu ya. Nah klo kemana mana bawa hp canggih, aman deh.

  21. Mugniar Reply

    HP yang kameranya ada dukungan articial intelligence-nya memang penting sekarang, Mbak. Semoga dapat ya aamiin.

  22. Ery Udya Reply

    Saya jadi rindu mendaki. Terakhir mendaki gunung ya dulu, jaman SMK, ikut kegiatan pecinta alam.
    Dan ya, keromantisan Mbak Dian dan suami patut diacungi jempol. Kalau sekarang saya kayaknya belum bisa mendaki gunung sih, abis Pak Suami masih belum mau kalau harus jalan nanjak yang menguras tenaga dan ngos-ngosan.

  23. April Hamsa Reply

    Wuaaah seneng hanimun berdua aja, aku entah kapan hahaha.
    Gunung Batur indah yaaa, walau mayan nanjaknya tapi terbayar liat pemandangannya kaan 😀

  24. ririe khayan Reply

    momen sebelum sunrise nya kece banget Mbak.

    Bener-bener moment terbaik, merayaan pernikahan di GUnung Batur, sensasional itu. Semoga pernikahannya langgeng, bahagia dan sakinah selamanya, aamiin

  25. Ugik Madyo Reply

    Ya ampun mbak… Ceritanya bikin meleleh. Alhamdulillah badai rumah tangga sudah berakhir. Semoga selalu sakinah mawadah warahmah. Jodohnya langgeng dunia akhirat. Semoga juga dapat HP huawei. Aamiin

  26. Yunita Tresnawati Reply

    Moment indah dan romantis didokumentasilan dengan ponsel yang kameranya kece bikin memory everlasting. Aku terharu baca “romantis versimu” semogaa aku segera bertemu dengan yang punya “romantis versinya”

  27. ima satrianto Reply

    Aku membaca tuntas honeymoonmu Dian, semoga sering2 honeymoon yaaa. Berperjalanan adalah cara terbaik utk berkomunikasi dan lebih mengenal dalam serta melihat kebaikannya. Krn saat melakukan perjalanan, ga ada yg bisa diandalkan selain kita (suami dan istri). A happy for you, Dian, ayuk menuju ke angka2 pernikahan yg sampai kawin emas till jannah yaaa.. aaamiin.

    • dian.ismyama Post authorReply

      Iya tunggu mereka gedean dikit kali ya. Najla pernah diajak naik pegunungan gitu di daerah Ci.. mana gitu deket Puncak. Yang ada ayahnya gendong sepanjang jalan. Wwkkkka

  28. Nia K. Haryanto Reply

    Wah, seru banget. Tempat yang indah pasti bikin perayaan hari jadi makin romantis.Dan iya, untuk ini, butuhu hape yang keren, terutama kameranya. Biar bisa mengabadikan momen berharga itu, dengan baik. Trus, keindahan alamnya juga sangat menggoda untuk dijeprat-jepret. 🙂

  29. Erin Reply

    Keren nih mba honeymoon nya di gunung. Ah, soal pernikahan memang ujiannya berat.

  30. Maria Soraya Reply

    Ahaaa ternyata keinginan Mbak Dian sama kayak aku waktu SMA. Pengin naik gunung dan ditolak ortu wkwkwk

    Abis itu gak ada keinginan lagi pengin naik gunung, soale adikku yg cowok hobinya naik gunung. Tiap dia jalan pasti ngirimin foto pemandangan gunung ke aku (please ojo guyu mbak).

    Bahagia selalu untuk lembar yg baru dengan Bapak suami. Peluk jauh buat Mbak Dian.

Leave a Reply

Your email address will not be published.