Ok, saya janji akan menceritakan kok bisa ke Belitung. Dalam rangka apa? Anak-anak sama siapa? Nulis ini berasa mirip dengan postingan Grace Melia beberapa hari lalu. Enggak sengaja sih, kami sama-sama liburan. Kalau Mom Ges ke Thailand, saya ke Belitung. Ndilalah juga ada yang DM saya menanyakan dalam rangka apa dan anak-anak sama siapa? Pas banget ya bisa sama gitu.
Jadi ceritanya, Alhamdulillah saya menjadi salah satu pemenang lomba foto #CeritaMudikGuyupRukun yang diadakan oleh Kemenhub. Saya menjadi satu dari lima pemenang dengan hadiah ke Lombok. Kami diminta memilih mau berangkat tanggal 11 Agustus, atau 15 September. Karena tadinya saya akan berangkat berdua dengan suami, dipilih lah tanggal 15 September (mempertimbangkan cuti suami karena berencana ekstend)
Ternyata terjadi gempa besar di Lombok sehingga pihak Kemenhub memutuskan untuk memindahkan pemenang Lombok ke Belitung. Saya tetap berangkat tanggal 15 September, tetapi suami tidak jadi ikut karena dia sudah pernah ke Belitung. Apalagi tidak ada yang menjaga anak-anak. Terhitung sejak lebaran, saya sudah tidak mempunyai pengasuh.
Anak-Anak Sama Siapa?
Biasanya kalau saya pergi keluar kota di akhir pekan, anak-anak sama Ayahnya. Sedih juga sih karena saya jadi enggak bisa ketemu suami. Tapi bagaimana lagi, kalau bukan akhir pekan justru tambah enggak bisa mengikuti acara blogger. Dulu sewaktu masih ada Mbak pengasuh, saya lebih tenang meninggalkan anak-anak baik di hari kerja maupun weekend.
Sedangkan 3 bulan ini, saya hanya mengambil pekerjaan event blog di akhir pekan, atau hari kerja tetapi sore/malam. Kenapa? Karena sore anak-anak sudah saya mandikan, sudah makan, dan sebagainya. Tinggal main lah istilahnya. Maghrib kakek mereka sudah pulang sehingga ada banyak orang di rumah yang bisa mengawasi anak main (ada driver ibu saya, ada kakek, nenek). Kakak Najla dan Adik Sara udah bisa main berdua, tapi tetap perlu diawasi karena kadang berantem. Biasalah anak-anak.
Agustus pas 17-an kemarin, saya sampai enggak ambil job karena nginap hari Kamis tanggal 16, sedangkan suami baru datang hari Jumat nya. Sayang sih, tapi gimana lagi. Nah, sekarang kalau ada pengasuh, saya berani ambil job yang menjelang weekend gitu.
Makanan kalau lagi enggak masak ya tinggal go-food. Kadang kalau Minggu pada ke rumah Mbahti nya (mertua). Di sana malah sepupu sehingga anak-anak ada teman main. Jadi kemarin waktu saya ke Belitung, Sabtu anak-anak di rumah sama ayahnya. Minggu mereka ke Bantul di tempat mertua. Minggu malam saya sudah sampai Jogja.
Kalau mau tahu manajemen ninggalin anak-anak sewaktu keluar kota, teman-teman bisa baca tulisan Mom Ges di Sawatdee Kha Thailand Trip Grace Melia
Perjalanan ke Jogja-Jakarta
Tiket Jakarta-Belitung dan Belitung-Jakarta sudah disiapkan oleh Kemenhub, tapi saya baru mendapatkan informasi nya beberapa hari sebelum keberangkatan. Jadilah saya lumayan panik mencari tiket Jogja-Jakarta dan Jakarta-Jogja.
Ada sih penerbangan pagi dari Jogja ke Jakarta, tapi sampai Bandara Soeta pukul 6.00 wib. Padahal penerbangan ke Belitung pukul 6.45 wib, mepet banget, kan? Saya nggak berani kalau semepet itu.
Jadwal lainnya malam banget, atau agak sorean tapi saya khawatir anak-anak belum siap untuk saya tinggal dalam keadaan “all done“. Akhirnya saya memutuskan mengambil pesawat pukul 21.45 yang artinya sampai Halim pukul 22.45 wib.
Harusnya naik gojek/gocar dari Halim ke kos adik saya hanya 30 menit. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara? Go car pada cancel pesanan saya. Ternyata mereka sudah enggak boleh masuk ke Halim. Kalau mau gojek harus jalan keluar dulu, dan adik saya udah pesen enggak usah jalan karena lumayan jauh, malam-malam lagi.
Lalu pilihan jatuh pada taksi legal di bandara Halim. Antriannya sudah ada. Pastikan naik Bluebird atau Ekspress. “Jangan naik taksi yang lain,” begitu pesan adik saya.
Kenyataannya, antrian taksi cuma ada satu. Di sana pilihannya taksi Ekspress dan taksi bandara Halim (entahlah sejak kapan ada kendaraan bandara berwarna putih ini). Saat tiba giliran saya, ditanya deh sama Mas yang jaga antrian, “Mau kemana?” Saya jawab jujur dong, ke lokasi X. Eh saya diarahkan ke taksi bandara:(. Sudah saya tolak tetep ngotot sama aja katanya.
Apa yang terjadi? Saya sampai ke kos adik dengan waktu sejam lebih. Meskipun menggunakan argo, tapi bayarnya sampai 105 ribu rupiah. Padahal via gocar cuma 40 ribu rupiah dan umumnya naik Bluebird atau Ekspress ya sama, antara 40-50 ribu rupiah. Macetkah? Enggak juga, hanya di satu titik saja macetnya.
Kesimpulan nya, harusnya saya lebih ngotot lagi, bilang “Ya udah saya nunggu yang Ekspress saja, saya maunya yang Ekspress atau Bluebird.” Kalau di Jakarta, orang lain ngotot, kita harus lebih ngotot. Ya jadi pengalaman deh, enggak boleh kelihatan polos apalagi mudah ditindas. Jadi gampang dibohongi deh, hiks.
Saya sampai kos adik sudah jam 12 malam. Langsung tidur karena besok harus bangun pagi-pagi sekali. Pukul 3 pagi saya sudah bangun dan mandi. Tadinya saya mau naik gocar (129 ribu rupiah) tapi adik bilang enggak bisa tidur kalau di gocar sendirian. Harus tetap cek gmaps karena kita enggak tahu supir kayak apa yang membawa kita:(.
Oleh karena itu, pas saya tahu ada pilihan naik bus DAMRI, saya jelas pilih naik bus. Dari kos ke stasiun Gambir gojek 12 ribu rupiah. Ongkos DAMRI 40 ribu rupiah sudah bisa duduk tenang dan tidur tanpa perlu takut nyasar apalagi dikibulin.
Lokasi ngetem bus DAMRI juga mudah dicari. Saya turun di luar stasiun Gambir, lalu jalan kaki ke dalam. Melewati beberapa rumah makan dan toko. Saat ketemu petugas berseragam, saya langsung tanya lokasi bus DAMRI sebelah mana. Eh sudah dekat, tinggal jalan lurus sedikit, belok kiri, lalu belok kanan bakal kelihatan ada taksi-taksi dan bus.
Alhamdulillah langsung naik bus. Pas masuk ada Mbak-mbak yang sudah bayar tiket. Saya tanya deh loketnya dimana. Akhirnya saya turun lagi lalu ke loket. Ternyata harus pakai e-money, atau debet Mandiri juga bisa. Ketika bus sudah jalan, saya baru tahu kalau masih bisa bayar di atas bus. Cash gitu nanti dapat karcis juga.
Alhamdulillah bisa merem sebentar lah walaupun enggak nyenyak. Ketika sudah sampai di Terminal 1B, saya turun dari bus. Eh pas menunjukkan tiket di handphone, petugas bilang kalau Batik Air di Terminal 1C, huaa info dari Mbak Kemenhubnya salah. Salah saya juga sih enggak ngecek sendiri Batik Air itu masuk terminal mana. Pengalaman lagi, lain kali tetap cek semuanya sendiri, karena ketidaksengajaan kesalahan bisa saja terjadi.
Perjalanan Jakarta-Belitung
Alhamdulillah saya enggak telat cek-in. Barengan saya ada yang pesawatnya udah boarding dan mereka enggak diijinkan masuk, hiks.
Udah gitu antrian di tempat pemeriksaan barang bawaan juga panjang banget. Berkali-kali diperiksa pula, jadi kan lumayan lama. Belum jalannya ke gate pemberangkatan. Pantas saja kalau mau naik pesawat dari Soeta harus berangkat 3 jam sebelumnya.
Di tiket, tertulis bahwa penumpang masuk dari Gate 5. Nyatanya malah gatenya dipindah ke Gate 6. Nyaris aja salah gate:(. Saat di dalam pesawat, saya sempat merem beberapa menit. Lumayanlah nambah tenaga.
Transportasi Selama di Belitung
Saya baru ngeh kalau dua orang teman yang jadi pemenang ternyata sudah saling kenal. Mereka sama-sama berasal dari Palembang, dan sudah menyewa motor untuk di Belitung. Langsung kaget dong ya, lha saya enggak persiapan apapun karena mengira transportasi bakal bareng orang Kemenhub.
Foto-foto dari teman pemenang yang berangkat di bulan Agustus juga ramai-ramai gitu, jadi saya kira memang barengan pergi-pergi nya. Ternyata mereka nyewa mobil bareng, tapi pisah sama orang Kemenhubnya.
Alhamdulillah dengan baik hatinya, Mbak Mita dan Farah (dari Kemenhub) bersedia agar saya ikut bersama mereka. Termasuk menentukan mau ke objek wisata mana saja, hehe. Tadinya mereka cuma mau ke wisata yang deket hotel, soalnya sudah beberapa kali ke Belitung. Sementara saya kan baru pertama kalinya, pinginnya ya ke objek yang hits macam Tour Laskar Pelangi dan Island Hoping.
Itenerary di Belitung
Setelah mengungkapkan ide-ide, akhirnya diputuskan hari pertama ke Belitung Timur yang jaraknya 1,5 jam dari hotel. Di Belitung Timur terdapat Replika SD Laskar Pelangi, Rumah Keong dan Dermaga Kirana, Museum Kata Andrea Hirata dan Kampung Ahok. Kami rencananya akan makan di Manggar.
Esoknya kami akan membeli oleh-oleh di Pusat Oleh-Oleh Kelapa, ngopi di Kong Djie Kopi, ke rumah tradisional Belitung, dan ke Danau Kaolin. Hihi sempat enggak tuh ke empat lokasi padahal pesawat pukul 11.45?:)
Setelah sampai Bandara Tanjung Pandan Belitung, rute pertama ke hotel. Belum bisa cek-in sih, tapi Mbak Mita dan Farah mau menyerahkan uang saku gitu (uhuk, Alhamdulillah) dan butuh tanda tangan sebagai tanda terima. Alhamdulillah ya, enggak nyangka sebenarnya, saya sampai sudah bawa uang saku sendiri lho.
Lalu kami melanjutkan perjalanan ke Belitung Timur. Kerick yang sudah menyewa motor ikut serta, karena teman yang satu lagi baru sampai Belitung pukul 2 siang.
Bagaimana keseruan jalan-jalan selama di Belitung? Ikuti terus ya tulisan saya di blog.
Aku ikut deg-degan baca perjuanganmu naik pesawat hahahaa.. pengalaman jadi lebih berani yaa 🙂
wkwkwk…ternyataa..seruu banget! duh, kan jadi pengen
Alhamdulillah mba, ikut seneng bacanya?