The more child feels attached to the mother, the more secure he is in his acceptance of himself and the rest of the world. The more love he gets, the more he is capable of giving. Attachment is as central to the developing child as eating and breathing.
Robert Shaw, M.D
Menyusui adalah proses yang alami, dilakukan oleh semua mamalia di bumi ini. Sehingga seharusnya, menyusui menjadi hal normal yang tidak perlu dipertanyakan dan diperdebatkan.
Tapi kenyataannya bagaimana? Yang saya alami justru sebaliknya. Dipandang aneh, dianggap menyusahkan diri sendiri, dan yang paling parah adalah dibilang tidak sayang anak karena anak terus menangis.
Bagaimana dengan pengalaman saya selama menyusui? Terus terang hampir 4 tahun lalu ketika saya mengandung anak pertama, saya tidak memiliki bekal sama sekali mengenai asi dan menyusui. Yang saya tahu hanya, anak sebaiknya mendapatkan ASI. ASI adalah yang terbaik. Tapi saya tidak membekali diri dengan membaca atau mencari ilmu lebih banyak tentang hal tersebut. Akibatnya apa? Ada beberapa hal yang sempat membuat saya merasa gagal dalam proses pemberian ASI.
Gagal IMD
Saya memang berniat IMD, tapi nggak tahu IMD itu prosesnya seperti apa, belum sempat berdiskusi dengan dokter kandungan dan perawat mengenai keinginan IMD, dan sebagainya. Jadilah pas putri saya lahir, saya baru menyampaikan “saya ingin IMD.” Ternyata dijawab bahwa ketubannya sudah hijau, sehingga bayi harus diobservasi dulu oleh dokter anak. Yah, gagal IMD deh. Padahal bayi menangis keras sewaktu lahir, dan setahu saya skor APGAR juga bagus. Tapi apa daya, mungkin dokter anak punya pertimbangan lain. Putri saya pun langsung masuk tabung kaca dan dipakaikan oksigen serta penghangat dari sinar selama kurang lebih satu jam. Untungnya, setelah itu putri saya stabil keadaannya dan diserahkan pada saya untuk lacting on pertama kalinya.
Alhamdulillah berbekal niat dan mindset yang kuat untuk menyusui, ASI saya langsung keluar sehabis melahirkan. Perawat yang membantu mengenalkan proses menyusui, dengan wajah sumringah terheran-heran begitu bayi lahir langsung bisa menyusu dan ASI saya muncrat lumayan banyak. Sebuah awal yang membahagiakan bukan? Tapi, bukan proses menyusui namanya kalau tidak berkendala.
Kejadian Aneh itu Bernama Growth Suport.
Ketika anak saya berusia kurang lebih 3 bulan, mulailah terjadi hal-hal yang aneh. Misalnya tidak mau lepas dari menyusu semalaman! Iya, memang nyaris semalaman tanpa jeda. Putri saya menyusu 30 menit kemudian berhenti dan melepas aerola selama 15 menit lalu menyusu lagi 30 menit. Istirahat lagi 15 menit, menyusu lagi 30 menit! Kalau saya paksa tidak disusui maka akan menangis kencang. Saya kelelahan! Bayangkan sejak maghrib hingga jam 1 malam begitu terus di hari itu. Saya kebingungan! Ibu saya dan orang rumah panik dan mengira anak saya masih kelaparan, ASI kurang. Semua itu membuat saya bertambah stres. Saya tidak tahu harus meminta bantuan kemana.
Saat itu, saya menghubungi teman saya yang sudah lebih dulu mempunyai anak. Namanya Rani, dia bilang, mungkin bayimu mengalami “growth suport”. Alamak…apa pula itu?? Kemudian Rani menyarankan agar saya bergabung dengan grup FB dan website tentang ASI dan menyusui, seperti The Urban Mama, Tambah Asi Tambah Cinta, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dan membaca dokumen-dokumen yang ada di file grup tersebut. Itulah pertama kalinya saya mencari ilmu tentang ASI dan menyusui.
Gumoh dan Muntah ASI
Usia 3 bulan ke atas memang terjadi banyak hal baru dalam proses pemberian ASI. Anak saya gumoh dan muntah banyak ASI pertama kalinya jug di usia tersebut. Sayang banget kan ASI sudah masuk lambung dimuntahkan begitu saja. Dari situ saya belajar bagaimana mengatasi gumoh, di mana bayi harus dimiringkan atau ditelungkupkan agar semua muntah keluar dan tidak masuk ke paru-parunya. Dari situ juga saya belajar bahwa sehabis menyusu, bayi harus disendawakan dengan posisi kepala lebih tinggi dari jantung. Ah, banyak sekali hal baru ketika menjadi ibu.
Kondisi saya yang saat itu LDM (Long Distance Marriage ) dengan suami, karena suami bekerja di luar kota (Jakarta) dan rumah kami masih dalam proses dibangun, membuat saya tinggal dengan orangtua di Jogja. Praktis yang membantu semuanya adalah saudara dan ibu. Ibu saya termasuk angkatan lama yang kadang termakan mitos-mitos soal ASI dan menyusui. Contohnya, menurut beliau, bila bayi menangis artinya masih haus dan lapar. Ibu menyusui tidak boleh makan pedas, tidak boleh minum kopi. Harus makan banyak sayur agar ASI kental dan mengenyangkan. Bila ibu hanya makan besar 3x sehari, maka ASI kurang banyak, dan sebagainya. Hal ini membuat kami kerap berselisih pendapat. Hingga suatu hari, saya mendaftarkannya mengikuti kelas MPASI dan edukASI dari AIMI agar saya dan ibu saya dapat belajar dan bertanya pada ahlinya. Hari itu, beliau menjadi nenek ASI yang kepo banget dan antusias dalam diskusi.
Lebih Suka ASI daripada Makan
Perjuangan belum selesai. Waktunya MPASI, tapi Najla tidak mau membuka mulut. Dia lebih suka menyusu, dibanding makan dengan sendok. Dipaksa? Trauma! Makin malas makan. Semakin kencang menyusu. Semakin saya kelelahan dan tidak sabar. Setiap lihat saya, pasti nggak mau makan. Terpaksa ngumpet, agar Najla mau menyicip MPASInya. Kadang berhasil, kadang nggak. Begitu terus, hingga akhirnya latihan BLW (Baby Lead Weaning), makan sendiri, genggam sendiri, mandiri.
Pelan tapi pasti, putriku mulai mau makan dan mengejar ketinggalan berat badannya.
Divonis Flek
Usia 9 bulan, berat badan naik seret. Di garis normal batas bawah. Dokter anak meminta cek Mantoux. Hasil positif, 13 mm. Diresepkan puyer pahit, antibiotik untuk 6 bulan ke depan. Saya sedih dan panik. ASI sudah, imunisasi sudah, tetap kena TB. Latar belakang sebagai apoteker, justru membuat saya pusing bagaimana cara memberikan obat setiap hari agar tertelan oleh anak. Kadang tutup mulut, kadang menangis, kadang disembur, kadang dimuntahkan. Tetap berjuang, terlewati juga 6 bulan. Di cek lagi, berat badan naik, hasil rontgen membaik.
Masih ada kisah saat putri saya masuk rumah sakit karena Demam Berdarah, atau saat dia diare, ASI lah yang kami andalkan sebagai pencegah dehidrasi. Bila Najla tidak mau minum oralit, paling tidak masih mau menyusu.
Weaning With Love
Penyapihan juga bukan hal yang mudah. Sudah saya sounding sejak 18 bulan. Dan baru benar-benar lepas di usia 26 bulan. Kisahnya bisa dibaca di sini.
Flashback semua proses menyusui, kalau boleh saya rangkum,
ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum ibu menyusui/memberikan ASI:
1. Membekali diri dengan ilmu mengenai ASI ย menyusui
Bisa melalui buku, kelas edukASI, seminar, atau pun grup di sosial media yang mensuport menyusui. Yang perlu membekali diri tidak hanya ibu, tapi seluruh anggota keluarga dekat, seperti suami, nenek dan kakek bila masih tinggal di rumah orangtua. Bila perlu calon pengasuh bayi juga dibekali.
2. Mencari dokter kandungan, dokter anak, dan rumah sakit bersalin yang pro ASI
Mencari tenaga kesehatan yang pro ASI bisa lewat jalur bertanya pada teman yang sudah memiliki pengalaman menyusui, atau kenali 1 per 1 dan datangi 1 per 1 rumah sakit. Butuh effort sih kalau mau benar-benar mempersiapkan segala kemungkinan setelah melahirkan. Memastikan kamar rooming in dan suport IMD juga termasuk ya.
3. Men-setting mindset bahwa ASI cukup dan menyusui adalah hal yang alamiah
Niat dan mindset besar pengaruhnya pada proses menyusui. Ketika ibu berpikir bisa, maka akan terkirim sinyal ke otak yang membuat proses menyusui lebih mudah.
4. Ibu harus bahagia
Persiapan penting lainnya adalah ibu menjadi pribadi yang bahagia menanti kelahiran sang cabang bayi. Ketika bayi lahir, kondisi ibu yang bahagia mempengaruhi produksi hormon oksitosin sebagai anak kunci dari pintu gudang ASI. Bila hormon prolaktin berhubungan dengan gudang ASI, maka oksitosin adalah pembuka gudangnya.
5. Persiapkan perlengkapan menyusui jauh-jauh hari agar tidak panik.
Ini berhubungan dengan bekal ilmu di no 1 ya. Bra menyusui, apron menyusui, baju menyusui, breastpad, botol ASIP, cooler bag dan breastpump bila berencana menyimpan ASI Perah, adalah beberapa hal yang perlu dimiliki oleh calon ibu menyusui jauh-jauh hari sebelum melahirkan.
Terkait no 5, saya sendiri belajar hal baru menjelang proses kelahiran anak kedua ini (saat ini saya sedang hamil 34 minggu). Karena sedang dalam kondisi sekolah lagi, maka kali ini saya berencana menyetok ASIP (yang sebelumnya tidak saya lakukan pada anak pertama ketika saya full time di rumah). Maka saya mulai belajar manajemen ASI perah, menyiapkan cooler bag dan sebagainya. Baju kuliah yang nyaman untuk menyusui dan memerah tentunya juga menjadi pencarian saya.
Tidak mudah lho menemukan baju ibu menyusui yang sesuai. Untungnya ada HijUp.com yang menyediakan nursing wear trendy. Pilihannya banyak, mulai dari baju menyusui yang casual, semi formal, formal untuk presentasi /bekerja misalnya, bahkan untuk acara resmi seperti kondangan /conference dan seminar. Lihat saja beberapa koleksinya, pilih categories, lalu klik breastfeeding.
Untuk tahu lebih banyak tentang fashion menyusui bisa baca-baca di Laiqa Magazine, lengkap deh.
Menyusui memang bukan hal yang mudah, tapi pantas di perjuangkan!
Kini Najla sudah tumbuh menjadi gadis cilik yang aktif dan periang, makan juga mulai banyak.
Sementara perjuangan saya sedang akan dimulai lagi, bersiap menyusui anak kedua kelak. Happy breastfeeding for all moms..
Tulisan ini diikutsertakan dalam Mother’s Day Blog Competition 2015 yang diselenggarakan oleh Hijup.com, The Urban Mama dan Laiqa Magazine.
Aaakkk keren Dian maahhh
Mari berjuang bersama ๐
Huaaa..mau brjuang dr awal lagi nih mba
Tiap ibu menyusui pasti punya kisah dan ujian sendiri ya.. Anaknya udah gede gitu tinggal mengenang manisnya menyusui aja, saya mah masih setahun lagi.. Mari kita berpegangan tangan para ibu menyusui..
Iy ank pertama udah gede mba..calon anak kedua siap-siap 2 tahun lagi nih.hehe
Salam kenal mbak.. Menyusui mmg susah-susah gampang yaa mbak… Eh, tapi aku dah buktiin lho hebatnya ASI ke daya tahan tubuh anak. Anak 2 full asi, yang pertama minim. Keliatan beda kok…
Btw, sukses untuk lombanya
Wah iyakah mba? Kalo aq kliatan bedanya antara aku (asi 3bulan tumpah2)vs adekku (asi 2 th). Tulangnya lebih besar2, jarang sakit dll dibanding diriku pas masih anak2 dulu
keren mak ulasannya
si kecil cantik dan sehat
Makasih mba
Semangat ya Mba’ buat ASI nya… ๐
Semoga yang kedua lebih sukses lagi. ๐
Aamiin.thanks mba
semoga adeknya najla nanti sukses ASI ya..emang beda kok mba, anak kedua yg full ASI 2 th daya tahan tubuhnya lebih kuat dr si sulung yg ga IMD..pengalaman dan pengetahuan ttg ASI emg penting bgt.
sukses ya lombanya ๐
Wew comentku kmrn blm muncul.kalo aku cerita dari ibuq, aku sdri 3 bulan doank asi nya vs adikku 2 th beda di tulangnh adekku lbh gede2, lbh bongsor, jarang sakit dll mba..