Petungkriyono, Wisata Alam Dibalut Sensasi Petualangan (Part 1)

Facebooktwitterredditmail

Gerbang Petung peserta APNE 2017

Pekerjaan mengisi saku Anda, sementara petualangan akan mengisi jiwa Anda (Jaime Lyn Beatty)

Percaya nggak dengan quote di atas? Kalau nggak percaya, maka teman-teman harus datang ke Petungkriyono! Saran saya ini bukan isapan jempol belaka, karena saya sendiri sudah membuktikannya. Berjibaku dengan pekerjaan sehari-hari di kantor, tentu kadang melelahkan dan menjemukan. Beberapa orang melarikan diri dengan mengunjungi mall, sebagian lainnya menyalurkan hobi di akhir pekan, sementara sebagian besar sisanya, menghabiskan hari libur dengan istirahat di rumah. Sesekali, bepergianlah ke tempat yang belum pernah teman-teman kunjungi. Tak harus selalu ke luar pulau, atau ke luar negeri, karena negeri kita sendiri penuh dengan pesona, dan salah satu pesonanya, memancar dari Petungkriyono.


Petualangan di Petungkriyono membuat saya memandang kehidupan dengan cara yang berbeda. Bila sebelumnya saya memandang wisata alam sebagai tempat untuk refreshing belaka, maka Petungkriyono memberi lebih dari itu. Ada nilai sejarah, tradisi, petualangan, hingga nostalgia yang saya rasakan, melebur jadi satu. Semua hal itu, membuat Petungkriyono terasa dekat dan melekat di hati. Tsaahh, kayaknya berat amat ya bahasanya. Sebelum masuk ke pembahasan yang berat tadi, kita kenalan dulu yuk sama Petungkriyono.

Petungkriyono

Petungkriyono adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Menurut Wikipedia, Kecamatan Petungkriyono merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian antara 600-2100 meter di atas permukaan air laut (mdpl) dimana sebagian wilayah merupakan daerah dataran tinggi Pegunungan Serayu Utara. Sebelah selatan merupakan Kawasan Dataran Tinggi Dieng dengan rangkaian gunung seperti Gunung Rogojembangan. Selain itu terdapat Gunung Kendalisodo, Gunung Sikeru, Gunung Perbata, Gunung Geni, dan Gunung Kukusan. Luas wilayah Kecamatan Petungkriono adalah 7.358,523 hektar, dimana sebagian besar merupakan hutan Negara seluas 5.189,507 hektar, sedangkan 16 % nya (119,652 hektar) merupakan pemukiman.

Dalam pidato penyambutan acara Amazing Petung National Explore 2017 (APNE 2017), Bapak Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi, S.H. M.Si menyatakan bahwa Petungkriyono awalnya merupakan wilayah terpencil dari 19 kecamatan di Pekalongan, karena 2/3 wilayahnya adalah hutan. Tetapi sejak potensi wisata Petungkriyono digali, kini wilayah ini menjadi ramai didatangi para pelancong maupun peneliti. Bapak Bupati berharap Petungkriyono dapat menjadi pusat studi dan penelitian baik nasional maupun internasional, serta menjadi destinasi wisata nasional, bahkan dapat bersaing di kancah wisata internasional. Aamiin.

Wisata Alam di Petungkriyono

Awalnya saya tak menyangka bahwa menjelajahi Petungkriyono akan memberi makna yang dalam, karena bukan pertama kali ini saya mengunjungi wisata alam, tapi ternyata Petungkriyono berbeda. Beruntung, saya mendapat kesempatan menjadi salah satu blogger yang ikut dalam APNE 2017,  sebuah acara yang diadakan oleh Pemkab Pekalongan, Pesona Indonesia dan @kajen_unique. Petualangan APNE dimulai dengan berangkat dari penginapan menggunakan bis pariwisata. Kami sempat singgah di Pendopo Kajen (pusat Pemerintahan Pekalongan), untuk disambut dan dilepas oleh Bapak Bupati.

Pendopo Kajen

Bupati Pekalongan

Keramahan beliau, serta kehangatan pemerintah Kabupaten Pekalongan, menjadi awal kekaguman saya pada Pekalongan. Oh ya, di Pendopo ini, akhirnya saya sempat mencicipi megono lho. Megono adalah salah satu makanan khas Pekalongan, yaitu nangka yang dimasak bersama urap (kelapa parut) dan dibumbui rempah-rempah, rasanya enak!

Megono Pekalongan

Si Unik Anggun Paris

Setelah pelepasan oleh Bapak Bupati, perjalanan dilanjutkan menuju kawasan Petungkriyono, yang memakan waktu kurang lebih setengah jam sampai di tempat pemberhentian untuk berganti transportasi. Nah, kendaraan yang akan teman-teman gunakan untuk menuju spot-spot wisata Petungkriyono ini sungguh istimewa, namanya Anggun Paris. Seperti apakah dia? Secantik Anggun C. Sasmi kah?:D

Anggun Paris

Anggun Paris adalah singkatan dari Angkutan Gunung Pariwisata, yaitu sebuah mobil terbuka yang tadinya digunakan masyarakat sekitar untuk mengangkut sayur. Mobil terbuka ini disulap oleh warga menjadi Anggun Paris, dengan dilengkapi tempat duduk, serta atap agar para wisatawan tidak kehujanan atau kepanasan. Sensasi petualangan saya dapatkan dari Anggun Paris ini. Bayangkan teman-teman duduk menyamping bersama 8 hingga 10 orang lainnya, lalu tangan berpegangan ke besi-besi jendela, dan angin semilir menerpa dari depan, samping, hingga belakang. Beberapa kali saya mengunjungi spot wisata pegunungan di kota lain, transportasi yang digunakan adalah bis, angkot mini, jeep, atau mobil pribadi, jadi mengendarai Anggun Paris ini, merupakan sesuatu yang baru untuk saya. Boleh aja sih sebenarnya kalau teman-teman mau ke Petungkriyono naik kendaraan pribadi, tapi percayalah, lebih asyik naik Anggun Paris=). Saya bahkan sempat nyeletuk ke peserta APNE lain yang semobil sama saya, kalau naik Anggun Paris serasa sedang berpetualang di savana-nya Afrika, karena mirip green car yang jadi angkutan di sana. Lihat kemiripiannya di foto berikut.

Anggun Paris Petungkriyono

Green car Afrika

Sebagai informasi, Anggun Paris biasanya turun dari atas sekitar jam 5 pagi, sehingga sampai di parkiran bawah, kurang lebih jam 7 pagi. Jumlah Anggun Paris berkisar 30 armada, dimana tarif untuk jalan pulang-pergi sebesar 500 ribu rupiah/mobil. Anggun Paris ini dikelola oleh paguyuban pariwisata Petungkriyono, sehingga sopir dan mobilnya milik masyarakat sekitar. Serunya, ada lokal guide yang disediakan dari Pemkab Pekalongan yang sepanjang perjalanan akan menjelaskan sejarah maupun tradisi dari spot-spot di Petungkriyono. Terus terang, buat saya, Anggun Paris menjadi ikon unik dari Petungkriyono.

Jalanan menuju Petungkriyono memang belum sepenuhnya mulus, tapi nggak tahu kenapa, justru hal tersebut menambah sensasi petualangan yang berpadu mesra dengan Anggun Paris=D. Meski begitu, bila nanti jalan sudah bagus dan mulus, tidak akan mengurangi keseruan sepanjang perjalanan kok, karena teman-teman akan disuguhi pemandangan hutan nan menawan. Teman-teman akan naiki gunung, lewati lembah, serta sesekali melihat hamparan sawah terasering, hutan karet, pinus atau kebun sayur milik warga. Bagian ini nih yang membuat saya terjebak nostalgia, karena perjalanan tersebut mengingatkan saya pada jalur menuju pantai-pantai di kampung halaman saya, untung destinasinya bukan pantai ya:D.

Saya merekam perjalanan kemarin dari dalam Anggun Paris lho.

Oh ya, bila beruntung, selama perjalanan teman-teman bisa saja bertemu macan kumbang yang sedang menyeberang jalan, atau Owa Jawa (sejenis monyet berbulu abu-abu) yang bergelantungan di pohon di dalam hutan yang dilewati. Wah, kebayang kan serunya?!

Spot Petungkriyono

  1. Gerbang Petung

Tari Pesona Petungkriyono

Spot pertama yang saya kunjungi adalah Gerbang Petung. Di Gerbang ini, ada tulisan Petungkriyono, National Nature Heritage. Mengapa disebut sebagai National Nature Heritage? Hal ini dikarenakan hutan alam Petungkriyono adalah hutan yang terletak di kaki gunung, dan Petungkriyono adalah satu-satunya hutan primer di Pulau Jawa. Oleh karena itu, Petungkriyono juga dijuluki sebagai The Heart of Java, atau paru-paru Jawa. Hutan di Petungkriyono berisi banyak spesies tumbuhan dan hewan, termasuk kupu-kupu belum diberi nama. Fauna langka yang bisa teman-teman temukan di Petungkriyono yaitu, Elang Jawa, Owa Jawa, lutung, macan kumbang, dan macan tutul. Keragaman hayatinya, membuat banyak peneliti nasional maupun internasional datang ke Petungkriyono.


Kemarin tanggal 5 Agustus 2017, di spot ini para peserta APNE disambut oleh Tari Pesona Petungkriyono yang dibawakan oleh dua orang penari perempuan. Keindahan tarian tersebut, dapat teman-teman lihat di video di bawah ini.

Tak hanya itu, para peserta juga disuguhi kopi Petung, yaitu kopi khas Petungkriyono, yang kopinya ditanam dan dipanen langsung dari daerah sini. Ekspresi saya pada foto ini menggambarkan perasaan saya saat menikmati kopi Petung.

Kopi Petung

Citarasa kopinya pas menurut saya, karena tidak tertalu pekat, dan tidak pahit, sehingga bisa dinikmati oleh siapa saja, baik penyuka kopi maupun penikmat kopi amatir. Nanti, teman-teman juga dapat menikmati kopi Petung seduh ini di warung-warung makan di tiap spot di Petungkriyono lho. Ada juga kopi Petung dalam bentuk serbuk dan biji kopi yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh, yeay!

  1. Curug Sibedug

Penunjuk Jalan di Petungkriyono

Spot berikutnya yang akan teman-teman temui adalah Curug Sibedug. Curug ini terletak di Desa Kayupuring, dan yang berbeda dari curug ini adalah posisinya yang berada persis di tepi jalan. Sesaat setelah tutun dari Anggun Paris, mata saya tertuju pada bendera merah-putih yang berkibar di jalan setapak menuju area curug. Rasa nasionalisme pun bergelora, bersyukur menjadi bagian dan dapat menyaksikkan alam Indonesia yang indah ini.

Curug Sibedug

Satu demi satu batu-batu besar dan kecil saya tapaki, melangkah mendekati Curug Sibedug. Air terjunnya memang tidak terlalu besar, mungkin dikarenakan sedang berlangsung musim kemarau sehingga debit air menurun.

Curug Sibedug air terjun

Percikan air sempat membasahi wajah saya, ketika saya berdiri maupun duduk menikmati keindahan Curug Sibedug, dan mengabadikannya dalam foto. Persis di depan Curug Sibedug, terdapat jembatan yang sekaligus bisa menjadi spot foto ciamik.

Curug Sibedug

Keindahan Curug Sibedug juga saya abadikan dalam video berikut ini.

  1. Jembatan Sipingit

Spot yang nggak kalah keren dengan Curug Sibedug, adalah Jembatan Sipingit. Jembatan ini berada di atas Welo River. Di bawah jembatan ini, ada sebuah kolam alam yang jernih airnya, sehingga mengundang saya untuk terjun ke air tersebut. Kesegaran air di Sipingit dapat teman-teman lihat dari foto dan video saya.

Kedung Sipingit

Sayang, akhirnya saya memutuskan untuk nggak basah-basahan, hehe, padahal aslinya pingin banget nyebur, paling nggak kakinya lah.

Jembatan Sipingit

Kolam ini di kelilingi oleh dinding batu yang memesona. Kabarnya, pengunjung dapat melakukan free jump dari atas batuan tersebut, tentunya dengan peralatan yang aman ya=). Setelah puas menyegarkan diri di aliran bawah Jembatan Sipingit, Anggun Paris melaju ke spot berikutnya, yaitu Welo Asri

-Bersambung ke Part 2

Sumber foto:

Semua foto dari smartphone pribadi (dipotret oleh @dian_ismyama, @faridaaziz74, @elisakoraag, @nuzulularifin) kecuali,

Foto pertama (para peserta APNE 2017 di depan Gerbang Petung) by @nanawarsita

Foto green car by https://www.madikwereserve.org/lodge/molori-safari-lodge

(Visited 510 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

18 thoughts on “Petungkriyono, Wisata Alam Dibalut Sensasi Petualangan (Part 1)

    • dian.ismyama Post authorReply

      hihi sama Dek, aku masih pingin menjelajah Petungkriyono. Kabarnya ada spesies Pakis yang unik, dan ada tradisi menangkap ikan dg bambu juga. Apalagi spot sunrise di Puncak Tugu, Puncak hanoman dan sebagainya, mupeng berat..

  1. Eko Nurhuda Reply

    Eh, Mbak, pas di Jembatan Sipingit kamu nggak lihat ada peserta kecebur berarti ya? Hahaha. Aku pengen eksplore yang sebelah satunya tapi udah terlanjur kecebur, dan akhirnya mager deh. Untung tuh celana cepet kering. Hihihi. Next time, kalo misal ke Petungkriyono lagi aku mau berenang di sungai. Airnya seger banget!

  2. April Hamsa Reply

    Keren banget acaranya. Sekarang makin banyak ya pemkot/ pemkab yg mengundang blogger utk mengulas destinasi wisata di wilayahnya. Moga dengan cara2 kyk gini makin terkenal wisatanya.
    Hahahha gak nyesel akhirnya gak main air mbk?

    • dian.ismyama Post authorReply

      Bener Mbak April, moga aja makin banyak Pemkab yang mempromosikan wisata daerahnya ya. Nggak Mba, maklum hari itu lagi red days, jadi gitu deh. Next time kesnaa pasti nyebur lah:)

  3. Nia Nurdiansyah Reply

    Di Curug bajing aku niat buat maon air lhoo. Pas ada spot yg agak tersembunyi lsg buka sepatu n kaos kaki, abis itu cuci muka n tangaann…segeerr. Kapan lagi coba, hehe. Klo disuruh ngulang ke sana lagi mauu rafting sama ngcamp ahh

    • dian.ismyama Post authorReply

      di Curug Bajing naik pe curugnya Mbak Nia?Mantap lah, aku nyari temen buat sampai air terjunnya eh nggak nemu, hehe

Leave a Reply

Your email address will not be published.