Kontes SEO, Berbagi Bahagia Bersama TabloidNova.com
Berbagi bahagia itu sederhana, seperti tersenyum pada setiap individu yang berpapasan dengan kita.
Dengan tersenyum, aura positif pun ikut menular ke orang-orang sekitar. Bahkan bila orang tersebut sedang dirundung masalah, ajaibnya, sebuah senyuman berdampak menaikkan hormon endorfin kita, hormon kebahagiaan.
Bayangkan bila kita berbagi kebahagiaan tersebut setiap hari. Seperti yang dulu saya lakukan ketika berpraktek profesi apoteker di Apotek dan Rumah Sakit. Melayani resep pasien dan menyunggingkan senyum ketika menyerahkan obat. Pasien-pasien tersebut pastilah sudah mengalami hari yang menantang, terlebih dengan sakit yang dideritanya. Menebus resep dalam kondisi yang mungkin masih demam, sakit kepala, ataupun gejala penyakit lain yang lebih membutuhkan terapi jangka panjang seperti diabetes, hipertensi dan jantung. Gejala yang tentunya membuat mereka tidak lagi dapat tersenyum. Maka ketika para tenaga medis melayani dengan wajah jutek, kalimat judes ataupun tampak lelah, tentunya hal-hal tersebut secara psikologis akan berpengaruh pada suasana hati pasien. Bukan tidak mungkin sakit mereka bertambah parah, hanya karena merasa sakit hati ataupun stres. Apalagi orang sakit jelas lebih sensitif dalam menghadapi hidup. Maka saya sebagai Apoteker saat itu, sebisa mungkin selalu tersenyum meladeni keluh kesah mereka terutama mengenai terapi dan obat.
Ada satu kisah yang masih saya ingat sampai sekarang, kala PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) di Apotek wilayah selatan Yogyakarta, ada sebuah program yaitu homecare. Homecare ini visite pasien rawat jalan, yaitu dengan mengunjungi rumahnya secara langsung untuk bertemu pasien dan melakukan KIE (Konseling, Informasi dan Edukasi). Saat itu pasien homecare saya adalah seorang nenek berusia kurang lebih 70 tahun. Tahukah teman-teman, bagaimana ekspresinya ketika saya kunjungi? Raut kebahagiaan terpancar di wajahnya yang penuh keriput. Dia tidak menyangka akan didatangi pihak apotek yang selama ini menjadi tempatnya menebus puluhan resep selama bertahun-tahun. Dan tampak sekali bahwa nenek tersebut butuh teman bicara, karena beliau bercerita tanpa henti mengenai sakitnya, obat-obat yang dikonsumsinya, hingga keluarganya. Senyumannya, adalah inspirasi kebahagiaan saya.
Kisah lainnya, ketika saya sudah resmi menjadi apoteker dan bekerja di apotek di kawasan Sleman Yogyakarta. Ada seorang Bapak dengan penyakit jantung yang akrab dengan saya. Begitu banyak obat yang diminumnya, membuat saya mau tidak mau berdiskusi satu per satu mengenai obat-obat tersebut. Untuk apa? Fungsinya tidak lain dan tidak bukan agar kepatuhan terapinya berjalan dengan baik. Terus terang, efek samping obat yang kerap dialami bisa saja membuat semangatnya mengendor bila harus mengkonsumsi obat setiap hari. Porsi saya sebagai apoteker adalah sekaligus sebagai pengingat minum obatnya. Tahukah teman, apa yang terjadi? Beliau berterima kasih dengan caranya sendiri, membawakan jus, atau kue-kue untuk saya santap di apotek atau saya bawa pulang. Berbagi bahagia itu memang tidak akan pernah rugi. Duh, lagi-lagi saya bahagia melihat senyumnya, beliau yang sudah saya anggap sebagai keluarga.
Adalagi cerita tentang seorang wanita setengah baya yang kerap datang ke apotek, membeli obat untuk ayahnya, sebut saja namanya Mbak X. Saya berdiskusi panjang lebar mengenai obat yang selalu dibelinya, menyarankannya ke dokter untuk memeriksakan ayahnya, dan sebagainya. Hingga kami menjadi akrab, saya sempat main ke rumahnya, dan betapa terkejutnya saya ketika mengetahui bahwa Mbak X adalah mantan pasien skizoprenia. Wah, suatu hal yang tidak saya sangka sebelumnya, tapi hal tersebut tidak mempengaruhi kedekatan kami. Saya bertemu ibundanya, adiknya, keponakannya dan mereka semua membenarkan informasi tersebut, Mbak X memang didiagnosis mengalami penyakit kejiwaan. Yang membuat saya terenyuh adalah, saat itu ibunya berkata, beliau senang ketika saya berteman dengan anaknya, ketika anaknya memiliki teman bicara. Duh, raut kebahagiaan itu saya temukan lagi. Senyum seorang ibu, yang berterima kasih karena putrinya bahagia bersama sahabat.
Kisah-kisah di atas sifatnya non materi, tetapi sangat saya ingat dan saya syukuri. Bahagia mereka adalah inspirasi kebahagiaan saya. Sayang saat itu saya harus resign karena menikah dan ikut suami saya ke Jakarta, menempuh bahagia bersama keluarga saya sendiri. Mereka datang ke pernikahan saya, bahkan sampai sekarang ketika saya di Jogja, saya datangi rumah Mbak X bersama anak saya, Najla, untuk berbagi bahagia bersamanya.
Apa yang saya dapat dari sebuah senyuman adalah sesuatu yang sifatnya besar, senyuman balik. Berbagi bahagia ternyata menular, dengan membuat orang lain bahagia, maka anda akan ikut bahagia.
Sama seperti TabloidNova.com yang senantiasa berbagi bahagia lewat informasi penting seputar wanita. Membayangkan betapa banyak penduduk Indonesia yang tersenyum ketika membaca TabloidNova.com tentu saja merupakan kebahagiaan tersendiri bagi pemilik dan kontributor berbagi bahagia bersama TabloidNova.com
ooh..mak dian itu ternyata apoteker to..hehe…seneng ya mak berbagai kebahagiaan itu. Bikin hati kita jd makin bahagia juga 🙂
wakakaka, terkenalnya konsultan kosmetik ya?:)
Senyuman yang tulus memang menularkan kebahagiaan ya, Mak.. apalagi jika kita bisa membuat bahagia orang lain dengan ilmu yang kita punya, seperti Mak Dian ini.. hemm.. berbagi bahagia betapa indahnya 🙂
iya mak.. senyum itu sedekah yang paling mudah:)
Seneng baca tulisannya mak dian…. *_*
makasih mak:)