Petungkriyono, Mulai dari Keunikan Tradisi Hingga Geliat Ekonomi (Part 2)

Facebooktwitterredditmail

Baca Part 1 : Petungkriyono, Wisata Alam Dibalut Sensasi Petualangan

Saya lanjutkan destinasi Petungkriyono yang keempat ya, yaitu Welo River.

  1. Welo River

Saat sampai di Welo Asri, mata saya menangkap bahwa spot ini lebih luas dibanding tiga spot sebelumnya. Terbukti di gerbang Welo Asri, teman-teman dapat menemukan banner aktivitas apa saja yang dapat dilakukan di tempat ini, yaitu mulai dari river tubing, river tracking, body rafting, pendakian, serta berfoto di pohon selfie. Hal pertama yang saya lakukan di Welo Asri adalah ke kamar mandi, hehe, dan menurut saya, kamar mandinya super bersih, lebih bersih dibanding tempat wisata di kota lain yang pernah saya datangi, dua jempol deh untuk pengelola. Musholanya berkapasitas sedang, dan bagus serta tampak asri karena terbuat dari kayu dan bambu.


Lihat yuk foto-foto selfie saya di Welo Asri.

Taman Sungai Welo River

Welo Asri Spot Selfie

Welo Asri Petungkriyono

Sebenarnya masih banyak lagi spot foto keren di Welo Asri, tinggal turun sedikit dari spot foto “sandal”, teman-teman dapat menikmati air mancur serta eksotisme rumah pohon. Kalau teman-teman ingin meningkatkan adrenalin, maka harus mencoba tubing dan tracking di Welo River-nya. Saya dapat membayangkan bagaimana sejuknya udara dan segarnya air di Welo River, sehingga river tubing pasti akan menjadi pengalaman yang menyenangkan. Untuk biayanya sendiri, masih tergolong terjangkau lho.

Harga aktivitas di Welo Asri

Ada kejadian seru di Welo Asri, yaitu ketika monyet ekor panjang muncul bergelantungan di antara pohon-pohon di hutan. Para fotografer pun langsung mengabadikan momen tersebut. Terus terang, saya masih penasaran bertemu dengan Owa Jawa, langsung dari habitatnya. Semoga bila kembali lagi ke Petungkriyono, beneran bisa melihat Owa Jawa.

  1. Curug Bajing

Curug Bajing Pekalongan

Curug Bajing aktivitas

Spot selanjutnya adalah curug terjauh yaitu Curug Bajing, yang terletak di Desa Telogopakis. Bahkan sebelum turun dari Anggun Paris pun, saya sudah mendengar betapa tersohornya curug ini. Hawa dingin menyergap menusuk melewati jaket saya, maklum saja, Curug Bajing terletak di ketinggian 1300 mdpl. Hanya dengan berjalan kaki kurang lebih 10-15 menit, kita sudah dapat melihat gagahnya Curug Bajing, curug dengan aliran air bertingkat yang membentuk perosotan air terjun. Banyak aktivitas yang dapat teman-teman coba di Curug Bajing, antara lain jungle tracking, river sliding, hingga camping. Curug Bajing dari kejauhan pun nampak indah, karena debet airnya banyak dan air terjunnya cukup besar. Lihat deh foto saya, air terjunnya mengalir hingga ke sungai, melewati jembatan bambu, dan terus mengalir jauh.

curug bajing all

Cinta di Curug Bajing

Ada banyak sekali spot foto menarik di sini yang dapat teman-teman explore. Curug Bajing menjadi destinasi favorit saya sejauh ini=) . Teman-teman bisa berfoto antimainstream juga kayak foto saya ini.

Curug Bajing Petungkriyono

Bahkan kalau ada yang mau foto pre-wedding di sini, keren juga lho. Kemarin saya sempat memotret model yang menggunakan Batik Pekalongan. Wah, jadi eksotis dan unik sekali karena fotonya berlatar alam yang masih asri dan indah sekelas Curug Bajing.

Batik Pekalongan

Oh ya, saya akan menceritakan sedikit tentang sejarah Curug Bajing, dan tradisi apa yang ada di Petungkriyono, sehingga menjadi nilai tambah Petungkriyono sebagai objek wisata. Curug Bajing resmi menjadi  lokasi pariwisata pada tanggal 29 November 2014. Nama Bajing berasal dari kisah adanya perampok atau maling yang meneror warga setiap panen tiba. Penjahat ini dalam bahasa Jawa dipanggil “bajingan” oleh masyarakat setempat. Karena penduduk sudah tidak tahan lagi, mereka pindah ke bawah desa, sedangkan para “bajing” atau penjahat tadi, lari ke kawasan Curug Bajing, lalu terciptalah nama Curug Bajing.

Saat bertanya kepada Mas Supriyadi, pengurus Curug Bajing, saya jadi tahu bahwa curug ini dikelola oleh Pokdarwis (Kelompok sadar Wisata) Lumbung Lestari, yang berasal dari masyarakat setempat. Pada awalnya, pembiayaan pengembangan Curug Bajing berasal dari swadaya masyarakat. Mereka melakukan kerjabakti, hingga akhirnya Bank Indonesia memberi hibah untuk toilet dan mushola, sedangkan fasilitas lain berasal dari Bapak Bupati Pekalongan. Saya sendiri sempat kaget bahwa pengunjung di Curug Bajing ini sudah banyak. Untuk akhir pekan, Jumat sampai Minggu, ada sekitar 300-700 wisatawan/hari. Sementara di hari besar, jumlah pengunjung menjadi fantastis, seperti saat syawalan kemarin, selama 10 hari, Curug Bajing dipenuhi oleh para wisatawan mulai dari 3000 hingga 5000 orang/hari. Fakta ini menunjukkan bahwa potensi Petungkriyono ke depan akan sangat cerah.


Kedepannya, Mas Supriyadi selaku pengurus mempunyai rencana untuk membuat tempat edukasi anak, seperti menanam pohon TOGA (Tanaman Obat Keluarga), taman bunga, hingga flying fox. Wah, bakal makin seru nih, Petungkriyono bisa menjadi destinasi wisata keluarga kalau rencana tersebut terealisasi. Selain itu, dari segi infrastruktur terutama jalan dan rambu jalan, Mas Supriyadi juga berharap akan lebih bagus lagi, agar para pengunjung merasa aman dan nyaman menuju Petungkriyono.

Tradisi di Petungkriyono

Ada sebuah tradisi unik di Petungkriyono, yaitu Tradisi Kenditan yang diadakan tahunan. Dalam tradisi ini, dilakukan pemotongan kambing kendit, yaitu kambing dengan ciri tidak bisa besar-besar, serta bulu di sekeliling pinggangnya berwarna putih sehingga terlihat seperti memakai sabuk. Menurut sejarahnya, dulu ada ular di Telaga Mangunan yang meminta tumbal putri, sehingga pada akhirnya masyarakat mengakalinya dengan mengganti tumbal menjadi kepala kerbau, dan ada juga yang kepala sapi. Pemotongan kerbau, dilakukan khusus di Desa Telogohendro, lalu kepala kerbaunya dilarung ke Telaga Mangunan, sementara dagingnya dibagi-bagi ke warga sekitar. Setelah pemotongan selesai, di tengah malam, tokoh masyarakat setempat dan perangkat desa, berkeliling desa tanpa pakaian sehelai pun, tetapi tidak boleh ada satu warga pun yang keluar rumah, dan lampu dimatikan. Para perangkat  desa tadi, berkeliling sampai mendapatkan wangsit. Filosofi dari tradisi ini adalah agar hal-hal yang merugikan kampung tidak bisa masuk. Tradisi ini berlangsung di semua desa pada kecamatan Petungkriyono.

Pangan khas

Kolang-kaling Petungkriyono

Wello Coffee Petungkriyono

Di kawasan Curug Bajing, kita juga dapat menemukan pangan khas Petungkriyono seperti kolang-kaling berwarna-warni (kolang-kaling organik), kerupuk santir dari singkong, gula semut, gula aren, gula jahe, serta Kopi Petung. Saya langsung bungkus dong Kopi Petungnya, agar keluarga di rumah bisa merasakan juga kelezatan Kopi Petung.

Kerajinan Tangan Khas.

Menurut lokal guide saya, Mas Mardianto, Petungkriyono juga memiliki kerajinan tangan khas, yaitu suvenir dari bahan pring Petung dan gelang tangan. Wah, saya jadi penasaran! Kalau ke sana lagi harus punya juga nih gelangnya.

  1. Curug Lawe

Alhamdulillah, sampai juga di destinasi terakhir APNE 2017, yaitu Curug Lawe. Curug Lawe berada di Desa Kasimpar, dan letaknya tidak jauh dari Curug Bajing, bahkan sebenarnya berada sebelum Curug Bajing. Saat menjejakkan kaki di pintu masuk Curug Lawe, para peserta APNE disambut oleh Musik Rampak, sebuah kesenian tradisional dari Pekalongan. Ingin tahu seperti apa Musik Rampak tersebut? Langsung lihat deh foto dan video keseruan blogger ikut berjoget.

Tari Rampak

Kawasan Curug Lawe terdiri dari hutan pinus yang memesona, ada banyak spot kece juga di sini, antara lain payung warna-warni yang tergantung di atas, hingga hammock warna-warni yang bisa teman-teman nikmati.

Hammock di Curug Lawe

Payung spot di Curug Lawe

Untuk menuju Curug Lawe, lokal guide mengatakan butuh waktu sekitar 45-60 menit dengan berjalan kaki, lumayan juga ya, tapi saya yakin, akan sebanding dengan panorama yang didapatkan. Bayangkan sebuah curug yang berada di antara hutan Gunung Perbota, dikelilingi oleh flora yang beragam, serta ada spesies langka yang menawan. Siapa sangka bahwa hutan di Petungkriyono merupakan habitat terbesar kedua Owa Jawa.

Petualangan Petungkriyono Membuat Saya Melihat Wisata dari Kacamata Berbeda

Saat menjelajahi Petungkriyono kemarin, saya sempat berbincang dengan lokal guide Mas Mardianto, beliau adalah salah satu pemuda asal Petungkriyono yang sempat bekerja ke ibukota. Dari ceritanya, Mas Mardianto ini akhirnya kembali ke Petungkriyono setelah 7 tahun merantau, dikarenakan  wisata alam sekitar sudah mendukungnya untuk maju dan berkarya. Beliau berharap agar wisata Petungkriyono dapat berkembang lebih baik dan wisatawan asing mengenal bahwa di Petungkriyono ada sebuah anugerah alam yang luar biasa, termasuk kerajinan tangan, pangan khas, serta budayanya.


Dari kisah di atas, saya melihat bahwa Petungkriyono bukan hanya sebagai National Nature Heritage yang kaya akan keunikan tradisi, tapi juga menjadi tumpuan perekonomian warga. Semoga dengan semakin majunya Petungkriyono, masyarakat sekitar juga akan merasakan manfaatnya, sehingga tidak perlu ada lagi urbanisasi ke ibukota. Saya yakin bahwa wisata alam dan petualangan yang dimiliki oleh Petungkriyono, akan membawanya pada titik puncak kejayaan pariwisata Pekalongan. Semoga keunikan tradisi, budaya, dan keramahan penduduk lokal juga dapat dikembangkan menjadi nilah lebih yang dapat ditawarkan oleh Petungkriyono.

Kelak, anak cucu generasi pewaris berikutnya, akan bangga menjadi bagian dari majunya Petungkriyono. Mereka akan menduniakan wisata Petungkriyono tanpa ragu, dan saya sebagai warga negara Indonesia juga akan bangga pada Petungkriyono:).

(Visited 833 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

14 thoughts on “Petungkriyono, Mulai dari Keunikan Tradisi Hingga Geliat Ekonomi (Part 2)

  1. Eko Nurhuda Reply

    Aku mau ikut joget Tari Rampak itu kok udah nggak kebagian tempat. Hihihihi.
    Seru banget tariannya, juga makanannya enak-enak banget pas di Wana Wisata Curug Lawe ini. Aku sempat bingung mau ambil apa. Ada ketela rebus, pisang rebus, kacang rebus, nasi merah, saur macem-macem. Wah, kalau diturutin gawat. Btw, masih penasaran sama Curug Lawe.

  2. Avito777Six Reply

    Пополение баланса Авито (Avito) за 50% | Телеграмм @a1garant

    Здравствуйте, дорогие друзья!

    Будем рады предоставить Всем вам услуги по пополнению баланса на действующие активные аккаунты Avito (а также, совершенно новые). Если Вам необходимы определенные балансы – пишите, будем решать. Потратить можно на турбо продажи, любые платные услуги Авито (Avito).

    Аккаунты не Брут. Живут долго.

    Процент пополнения в нашу сторону и стоимость готовых аккаунтов: 50% от баланса на аккаунте.
    Если необходим залив на ваш аккаунт, в этом случае требуются логин и пароль Вашего акка для доступа к форме оплаты, пополнения баланса.
    Для постоянных заказчиков гибкая система бонусов и скидок!
    Гарантия:

    И, конечно же ничто не укрепляет доверие, как – Постоплата!!! Вперед денег не просим… А также, гасим Штрафы ГИБДД за 65% …

    Оплата:
    ЯндексДеньги, Webmoney (профессиональные счета)
    Рады сотрудничеству!

    канал Телеграмм @t.me/avito50
    ________

    авито саратов
    авито детские вещи пакетом
    авито купить детские вещи пакетом
    турбо пакет авито +на
    авито одежда +для девочек калининград пакетом

  3. Lusi Reply

    Pekalongan yg pedalaman itu sebenarnya banyak yg bagus spt Petungkriyono. Tapi kurang diolah secara integrated supaya menarik lebih banyak orang, misalnya dg kulinernya atau outdoor activities lainnya, supaya orang jauh2 kesana nggak cuma bisa foto2. Kalau yg di pesisir sudah sukses integrated wisata belanja batik dg kuliner. Yg pedalaman masih harus kerja keras.

Leave a Reply

Your email address will not be published.