Pancuran 3 dan Pancuran 7, Mandi Air Belerang Sepuasnya

Facebooktwitterredditmail
trekking baturraden
Jalur trekking melewati hamparan bunga

Selain Telaga Sunyi, Wana Wisata Baturraden lainnya adalah Pancuran 3 dan Pancuran 7. Hari kedua di Baturraden, #BloggergoestoPalawi trekking pagi-pagi ke dua pancuran tersebut. Jalur trekking -nya lumayan bo. Nggak terjal sih, tapi buat yang jarang olahraga kayak saya ya tetap ngos-ngosan. Untungnya, udara pagi hari sangat sejuk di Baturraden. Jadi saya mendapatkan bonus oksigen yang luar biasa.

jalur trekking baturraden
Mendaki bukit, lewati lembah:)

Kami berjalan kaki melewati rumput hijau, termasuk hutan dan jembatan. Kemudian, jalan pun tembus ke area wisata Pancuran 3 dan 7.

baturraden indah
Nembusnya di sini:)
baturraden
Baturraden dari atas jembatan

Untuk menuju Pancuran 3 masih ada beberapa anak tangga yang harus kami lewati. Mbak Devi sempat beli gorengan mendoan, yummy lumayan lah buat penambah tenaga yang belum sarapan. Air mineral juga nggak lupa saya bawa, dan terbukti habis bis demi mengganti cairan tubuh akibat keringat saya yang keluar.

loket pancuran 3

Leganya, kami berhasil tiba di pintu gerbang Pancuran 3.

Pancuran 3, Sumber Air Panas Belerang

mitos pancuran telu

Dari gerbang, kami masih harus berjalan sedikit lagi. Di jalan tersebut, saya melihat ada plang berupa mitos Pancuran Telu. Kamu sudah tahu belum mitosnya?

pancuran 3

Akhirnya kami tiba di lokasi Pancuran 3. Seperti yang sudah sempat disampaikan oleh beberapa teman blogger asli Purwokerto, Pancuran 3 tidak terlalu besar. Ukuran pancurannya seperti keran, berjejer tiga.

pancuran tiga

Di sebelah kiri Pancuran 3 terdapat air terjun kecil yang airnya tertampung di kolam. Air tersebut dingin. Berbeda dengan air Pancuran 3 yang panas.

pancuran telu

Naik ke atas sedikit, ada kolam yang lebih besar untuk berendam. Airnya hangat karena berasal dari mata air belerang. Manfaatnya jelas bagus untuk kulit. Apalagi yang punya penyakit kulit atau gatal-gatal.



Oh ya, di sini juga tersedia jasa pijat lho. Ada warung kecil juga kalau kamu mau membeli makanan ringan dan minuman. Karena tidak ada dari kami yang mau mandi di Pancuran 3, maka kami langsung melanjutkan perjalanan ke Pancuran 7.

tangga ke pancuran 7
Naik lagi, dan lagi

Ulala, ternyata tangga dari Pancuran 3 ke Pancuran 7 lebih banyak lagi. Melewati hutan-hutan gitu, tapi tangganya tertata semua. Saya sempat guyon sama Mas Pradna, sebaiknya kalau traveling itu pas masih muda. Kalau kayak kami gini, faktor U sudah berpengaruh, haha.

jalan ke pancuran 7
Foto by Mas Pradna

Saya juga membayangkan andai ada kereta gantung gitu kayak di Genting Malaysia. Maksudnya biar nggak perlu naik tangga, tapi bisa langsung sampai ke Pancuran 7. Imajinasi saya memang keren ya!:) Siapa tahu pengelola Pancuran 3 dan 7 ada yang baca dan mempertimbangkan membangun kereta gantung. Biar para lansia dan anak-anak juga bisa menikmati wisata ini.

gendong anak
Mbak Wening yang strong. Foto by Olip

Sewaktu saya berbincang dengan Mas Adi dari Palawi, katanya sih kalau lebaran malah ramai banget yang jalan melewati tangga-tangga ini. Wow! Salut deh sama ibu-ibu bersama keluarganya yang tetap strong naik tangga. Persis teman blogger Mbak Wening yang sepanjang trekking sambil gendong anak.

hutan pinus
Istirahat di area hutan pinus

es nira

Sebuah oase terlihat di ujung tangga. Ada penjual es nira yang lagi bungkusin pakai gelas buat teman-teman blogger yang sudah sampai di ujung jalan. Pas banget di sana juga ada gazebo gitu dan rerumputan yang lumayan lebar. Bisa buat gelar tikar.

piknik tikar
Gelar tikar:)
serabi kelapa parut
Yang kangen sama serabi, monggo:)

Segelas es nira tandas dengan cepat. Gula darah saya yang mungkin sempat turun, jadi naik kembali. Apalagi ketika Mbak Sista dari Palawi tiba-tiba muncul membawa serabi toping kelapa parut yang sudah dicampur gula jawa. Hmm, pas banget dimakan bersama es nira. Lumayan buat mengganjel perut.

Tak lama, sarapan datang. Yeay!

Sarapan Menarik ala Palawi

nasi daun jati

Sarapan kami dibungkus dengan daun jati. Isinya ada nasi putih, oseng klika, oseng kedelai tempe ireng, dan buah pisang. Oseng klika rasanya asin. Sedangkan oseng kedelai tempe Ireng (hitam) rasanya manis. Jadi pas deh dimakan bareng nasi.

nasi oseng kedelai tempe ireng

makan nasi daun jati
Sumringah saat sarapan. Foto by Olip

Perut kenyang, mata ngantuk, hehe. Tapi kami harus melanjutkan perjalanan ke Pancuran 7. Saya kira bakal jalan kaki lagi. Alhamdulillah ternyata sudah ada mobil yang menunggu kami di jalan raya. Jadi ceritanya tangga tadi itu ada tembusan ke jalan. Dari situ, kamu bisa langsung naik angkot ke Pancuran 7.

Pancuran 7, Tujuh Titik Air Berjuta Manfaat

pancuran 7 baturraden

Ternyata lokasi Pancuran 7 itu pisah sama Pancuran 3. Ada gerbangnya sendiri. Dan percayalah saudara-saudara, dari gerbang menuju lokasi pancuran, terdapat anak tangga yang harus dilewati. Haha. Baiklah, perjuangan si kaki ternyata masih panjang.

Saya melewati beberapa pedagang yang berjejer rapi di samping jalan menuju Pancuran 7. Saya akui letak warung-warungnya cukup rapi. Ada yang berjualan aneka suvenir seperti kaos Baturraden, aksesori seperti gelang dan kalung.

Yang menarik adalah suvenir masker dan lulur dari serbuk belerang. Waktu itu saya pingin beli, tapi apa daya nggak bawa dompet bo! Padahal sebungkusnya cuma seribu rupiah. Murah banget, kan? Kalau saya ke sana lagi, pokoknya bakal beli:)



Oh ya, di sekitar Pancuran 7 ada banyak penjual es nira. Beberapa anak muda juga mengamen di satu titik. Nggak mengganggu sih, soalnya mereka nyanyinya di satu tempat doang. Dan musiknya juga oke.

pancuran 7

Setelah sekian ratus langkah, sampailah saya dan teman-teman blogger di Pancuran 7. Mirip seperti Pancuran 3, pancuran di sini juga kecil-kecil. Tapi karena jumlahnya 7, jadi lebih lebar gitu. Airnya juga panas, dan mengandung belerang.

Sewaktu saya di sana, tidak banyak orang yang mandi di Pancuran 7. Kabarnya, lebih banyak yang mandi di Tebing Belerang, karena airnya lebih deras dan tidak terlalu panas. Wah, saya jadi penasaran.

pijat lulur belerang

Di lokasi Pancuran 7 banyak jasa pijat. Baik laki-laki dan perempuan. Jadi jangan khawatir, kamu bisa memilih sesuai jenis kelamin. Harganya juga termasuk murah. Kalau mau dipijat kaki saja, cukup membayar 10 ribu rupiah. Kalau pijat komplet kaki, tangan, kepala, pundak 35 ribu rupiah. Untuk lulur sebadan 50 ribu rupiah. Lulurnya pakai lulur belerang.

Di Pancuran 7 ini fasilitas sudah sangat lengkap. Saya melihat beberapa warung penjual sate ayam dan sate kelinci. Ada mushola, kamar mandi, dan gazebo juga. Bahkan ada pendopo yang cukup luas.

Ketika saya hendak berjalan ke arah Tebing Belerang, eh si Ella udah mager di tikar. Katanya dia mau pesan sate. OMG! Setelah digali, ternyata dia sudah pernah ke Tebing Belerang.

Tebing Belerang, Sensasi Mandi Air Belerang

jalan ke tebing belerang
Jalan ke tebing belerang

Anak tangga menuju Tebing Belerang lumayan curam. Turunan gitu. Meski di kanan kirinya sudah diberi pegangan, tapi kamu harus hati-hati melangkah. Ada beberapa batuan dan tanah yang menjadi pijakan. Pastikan berpijak dengan jejek.

Terlebih ada area yang basah dikarenakan para pengunjung Tebing Belerang naik ke atas dalam keadaan masih basah. Mereka mungkin memilih berganti baju di dekat Pancuran 7. Atau bisa saja masih mau mandi belerang di Pancuran 7.

Sejak di tangga atas, suara gemericik air memang terdengar cukup kencang. Sesuai pernyataan beberapa teman blogger yang sudah pernah ke sini, Tebing Belerang memang besar. Airnya deras, seperti air terjun gitu. Kamu bisa membayangkan air terjun yang berupa air belerang hangat. Mnakjubkan!

Tebing Belerang

Untung saya kuat sampai ke bawah. Kalau nggak sayang banget melewatkan objek wisata ini. Lihat deh, cakep banget di foto. Aliran airnya ada di banyak titik. Sehingga kamu bisa mandi pancuran tanpa berebut dengan pengunjung lain.

tebing belerang baturraden
Difotoin sama Mbak Olip

Airnya sangat deras, sehingga ketika air menyentuh pundak dan kepala, bakal kerasa seperti dipijat-pijat.
Air di Tebing Belerang juga nggak terlalu panas. Jadi anak-anak bisa berendam di sini.

Seru ya main airnya! Lagi-lagi saya hanya bisa memandang dari kejauhan. Dan sesekali merendamkan kaki di aliran air Tebing Belerang.

Di depan tebing juga ada tukang pijat lho. Jadi yang nggak mandi bisa santai-santai sejenak sambil melepas penat dengan pijatan. #BloggerGoesToPalawi pada mandi cukup lama. Mulai dari cuci muka doang, posisi duduk bersila, hingga berdiri mematung. Saya yakin pegal-pegalnya pada hilang tuh.



Karena hari sudah mulai panas, saya memutuskan untuk duluan naik ke atas. Lumayan juga naiknya. Sampai di atas, ternyata Mbak Devi dan Mbak Olip lagi pesen sate ayam. Nyicip deh saya. Soalnya saya nggak terlalu lapar. Jadi cukup mencicipi saja:D. Enak lho satenya. Porsinya juga pas buat yang tepar habis mandi dan naik tangga.

Kami beristirahat sambil menunggu teman-teman lainnya datang. Setelah sate habis, kami melanjutkan perjalanan menuju parkiran. Ratusan anak tangga dilewati kembali. Kali ini lebih santai, karena tujuan di depan mata. Di jalan sempat dapat bonus es nira lagi. Tapi kali ini yang terfermentasi gitu. Jadi rasanya kayak soda. Kalau saya sih lebih suka yang nggak kayak soda.

pancuran 7 palawi
Foto by Mbak Sista

Finally, sampai juga di area parkir. #BloggerGoesToPalawi sempat berfoto terlebih dahulu bersama Mbak Sista. Lanjut deh ke mobil dan pulang dengan hati gembira.

Sungguh, Pancuran 3 dan Pancuran 7 merupakan wisata air yang mengesankan buat saya. Ini to yang membuat Baturraden banyak dikunjungi oleh wisatawan. Karena keberadaan pancuran air belerang alami yang manfaatnya tak diragukan lagi.

Jadi, sudahkah kamu ke sini?
Kalau ke sini mau mandi juga atau pijat mungkin?

(Visited 1,403 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

9 thoughts on “Pancuran 3 dan Pancuran 7, Mandi Air Belerang Sepuasnya

  1. Rosanna Simanjuntak Reply

    Wah treknya ala-ala perjananku ke Air Terjun Putri Malu di Lampung. Penuh perjuangan juga.
    Biasanya bau belerang akan lengket di pakaian. Kalau mbak, gimana?

    Aku belum pernah ke sini.
    Yang pasti mau mandi dan pijat, biar combo nikmatnya ^^

  2. Nunung Yuni Anggraeni Reply

    Waah saya juga pernah ke Baturaden ini Mbak. Sayang pas itu uyel uyelan libur lebaran. Jadi gak sempat berendam di kolam belerang. Tapi sempat belinsate kelinci. Enak loh..

  3. Damar Aisyah Reply

    Bayangin mandi atau dipijatnya sih mantab banget. Tapi trekking bikin ngeper duluan, apalagi kalau bawa balita. wkwkwk. Salut buat Mbak Wening teman Mbak Dian. Kalau saya nunggu ragil agak gedean aja, jadi nggalk terlalu full nggendongnya.

  4. intanrawits Reply

    waah keren mba! Aku suka banget mandi di bawah air terjun, kayaknya harus coba ke situ deh, hihi. Asik juga sambil trekking, kalau bawa balita biar ga gempor kudu bawa gendongan yang nyaman ya mb. Salam kenal ya mba:)

Leave a Reply

Your email address will not be published.