Buruan Nikah …

Facebooktwitterredditmail

Menikah itu …

Menggenapkan jiwa

Menikah itu …

Mendapatkan separuh dien

Menikah itu …

Menutup pintu maksiat

Menikah itu …

Ibadah.

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” [QS. Ar. Ruum (30):21].

Ayat di atas sering banget ya kita temukan dalam undangan-undangan pernikahan. Perasaan nyaman, tenteram, dan berkasih sayang akan tercipta dalam mahligai rumah tangga. Duh siapa sih yang nggak mau? Bayangkan bila hati kita yang kerap merasa uncomplited, lalu seperti utuh ketika menikah. Nggak galau lagi, ada tempat curhat dengan kepala yang lebih dingin (iya, pria itu lebih mengedepankan logika, lebih solutif dibanding perempuan), dan tentunya ada yang terang-terangan akan melindungi kita dari gangguan-gangguan duniawi. Coba bayangkan, ketika traveling ada makhluk manis bernama suami yang halal menggandeng kita selama jalan-jalan. Terus foto-foto selfienya ndak sendiri lagi melainkan berdua. Pas makan siang mesra-mesraan saling suap (ditimpuk para jomblo nih, hihi). Seneng apa gembira? Dua-duanya ya:).

Dari sisi seorang lelaki, menikah itu jelas-jelas juga merupakan suatu hal yang membahagiakan. Perasaan dicintai, dibutuhkan, pulang ke rumah setelah lelah bekerja disambut senyum istri (wah kalau yang ini, pulang beberapa minggu sekali disambut senyum istri termasuk juga ya,hehe#curcol LDR), merupakan kenikmatan yang tak ternilai harganya.

Teman-teman pernah mendengar bahwa menikah itu mendapat separuh agama?

Ini dia haditsnya:

Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separoh lainnya.”(HR. Baihaqi).

Wah begitu mulianya pernikahan ya, menggenapkan agama. Saya sendiri sebenarnya masih meraba-raba maksud hadits di atas. Ada yang bilang bahwa karena sesungguhnya pernikahan itu bukan sesuatu yang mudah, sehingga diganjar dengan separuh agama. Karena pada dasarnya, setiap kerikil dalam rumah tangga, membuat kita mau nggak mau akan belajar dari agama sebagai rujukan dan pedoman paling bijak. Dan tentu saja, setiap permasalahan dalam rumah tangga akan mendekatkan diri kita kepada-Nya. Worthed menurut saya. Siapa sih yang nggak mau lebih dalam mengenal agamanya? Dengan jalan yang menyenangkan pula, MENIKAH:)

Terus … terus, buat apalagi sih kita menikah?

“Kalau merasa tenteram doank mah bisa didapat dari orangtua. Kalau menggenapkan agama sih, memperdalam sendiri juga bisa.”

Eits tunggu dulu, orangtua nggak selamanya ada untuk kita lho. Hiks, sedih tapi fakta, usia mereka tentu saja akan menemui batas akhir, terlepas apakah orang yang lebih muda (dalam hal ini pasangan kita) memiliki usia yang lebih panjang atau tidak (takdir), tapi dari kacamata medis, jelas bahwa suami/istri akan lebih lama hidup dibanding orangtua. Kadang, menikahkan anaknya juga menjadi pencapaian tersendiri bagi orangtua. Mereka akan bernapas lebih lega, mengetahui anaknya sudah ada yang menjaga, sudah ada yang akan menemani ketika nantinya mereka tidak ada (-_-), dan tentu saja mengharapkan cucu-cucu yang lucu sebagai penyenang di hari tua. Siapa sih anak yang nggak ingin membahagiakan orangtuanya lewat pernikahan dan cucu? Coba lihat tawa mereka ketika bercengkrama dengan anak kecil, kelihatan, kan, udah pingin nimang cucu? Hehe.

“Gitu doang manfaat nikah? Ah, ortu saya udah punya cucu tuh dari anak kakak saya. Hehe.”

Nih ya, saya tulis satu hal lagi yang dijanjikan Allah bila menikah. Dijamin mupeng.

“Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan rezki yang melimpah (yaitu:Surga)” [QS. An Nuur (24):26].

Rasulullah SAW bersabda: “Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka” (Al Hadits).

Bayangkan! Allah memberi ampunan dan rezeki yang melimpah bagi mereka yang sudah berkeluarga. Iya, memang rezeki itu akan diberikan pada siapapun sesuai kehendak-Nya, tapi pernikahan, menjadikannya melimpah. Tak perlu berpikir akan jatuh miskin kalau menikah, toh Allah menjanjikan sebaliknya. Kenapa bisa begitu? Karena akan ada doa istri dan suami yang sholihah dan sholeh. Duh, ademnya … Tak hanya itu, akhlak pun akan menjadi baik. Percaya nggak? Kalau saya sih percaya banget. Karena sudah mengalami sendiri. Iya, akan ada masa di mana mungkin butuh waktu untuk saling mengenal karakter masing-masing dan menyesuaikan diri. Wanita dan pria adalah dua makhluk yang berbeda dalam banyak hal, itulah mengapa pada akhirnya, perbaikan dirilah yang akan menjadi penolong dalam setiap perbedaan. Harus saling mengalah dan mau memperbaiki diri ke arah yang lebih baik.

Udah tambah pingin nikah belum?

Kalau belum, masih ada satu hadits lagi nih yang bakal bikin mupeng.

Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan). (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah).

Huaaa… Beneran,saya baru tahu tentang ini. Secara nalar sih, kalau sudah menikah bisa lebih sering salat berjamaah. Bisa lebih sering tahajud bareng sama suami/istri. Saling membangunkan di malam hari untuk salat malam, saling mengingatkan untuk salat tepat waktu. Bertadarus bersama, mengkaji ilmu agama bersama-sama. Lalu ketika ramadhan sahur bersama, tarawih dan berbuka bersama, duh nikmat mana lagi yang kamu dustakan? Beda lho, rasanya sahur dibangunin Mama, dibanding sahur dibangunin suami/istri. Lebih gimana gitu kalau pasangan yang membangunkan, menyiapkan sahur bersama, masak di dapur sambil bercanda-canda. Terus berangkat tarawihnya jalan kaki bareng atau boncengan berdua naik motor. Haha, postingan ini memang dalam rangka mingin-minginin.

Selipin satu foto nikah ya (4 tahun lalu nih)

“Iya, Mbak. Saya pingin menikah. Tapi jodohnya belum ketemu.”

Puk-puk, sabar ya. Menemukan jodoh memang tidak semudah membalik telapak tangan. Bahkan tanggalnya, siapa orangnya, kapan ketemunya sudah tertulis di Lauh Mahfudz. Lalu, apa yang perlu kita lakukan selama belum bertemu? Mencarinya? Iya, dengan jalan yang sudah dipandu oleh agama.

Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya berpuasa sebab ia dapat mengendalikanmu.(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).

Caranya? Dengan mengendalikan nafsu, berpuasa. Juga dengan memperbaiki akhlaq. Bukankah kita menginginkan jodoh yang baik? Satu-satunya jalan juga dengan menjadi lebih baik. Karena jodoh adalah cermin. Mau jodoh kita rajin ngaji, salat tepat waktu? Ya kita kudu begitu dulu. Mau jodoh kita orang yang jujur dan takut sama Allah? Ya kita juga harus seperti itu. Nah, jadi inget video ukhti Sally nih. Sebagai penutup, kita tonton video ini yuk … “Jodoh Pasti Bertamu”

http://youtu.be/MRW4NB-qf70

Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway 3rd Anniversary The Sultonation”

(Visited 132 times, 1 visits today)
Facebooktwitterredditmail Nih buat jajan

5 thoughts on “Buruan Nikah …

Leave a Reply

Your email address will not be published.